Kebebasan Finansial Mengandaikan Saya Sudah Mempunyai Kejelasan Panduan Dalam Peta Dan Rencana Keuangan
Berbagi Cerita bersama BCA
[caption id="attachment_184256" align="aligncenter" width="633" caption="Sumber: bca.co.id"][/caption]
Masa depan. Kata kunci yang terlintas pertama kali ketika disuruh memikirkan rencana masa depan, adalah "keruwetan." Ya itulah kalau saya mengimajinasikan masa depan menjadi suatu pertanyaan: Apa yang terjadi pada diri saya pada masa depan? Ruwet di sini berarti seakan ada benang kusut harapan dan ketakutan saling bertautan tak jelas. Semisal bila saya memikirkan suatu impian di masa depan, menjadi wirausahawan yang sukses. Tak lama benang ketakutan akan membelit impian itu berupa pertanyaan mengerikan: Apa saja modal yang saya punyai untuk menjadi wirausahawan sukses? Buat saya itu pertanyaan yang mengerikan sebab kondisi saat ini saya merasa belum cukup mempunyai modal ke arah wirausahawan sukses.
Lebih jauh kalau saya pikirkan, modal itu mempunyai beberapa macam. Yakni modal finansial, modal sosial, modal psikologi dan modal spiritual. Setidaknya empat macam modal itu yang pernah saya baca. Modal finansial tentu merujuk pada uang sebagai kata kunci. Modal sosial mereferensikan adanya suatu jaringan sosial. Modal psikologi mencerminkan adanya kesiapan mental berwirausaha. Sedankan modal spiritual mendeskripsikan adanya kekuatan doa untuk menopang proses ke arah wirausahawan sukses.
Lalu kira-kira modal apa saja yang saya sedang usahakan saat ini? Ya saya pikir saya sedang berusaha mendapakan semua modal tersebut karena belum ada kemapanan modal dalam diri saya sendiri. Sebagai suatu benih mungkin ada beberapa modal yang sedang bertumbuh di kondisi saya saat ini. Seperti modal spiritual misalnya. Secara tak sadar ternyata sedari kecil saya diajarkan bagaimana caranya berdoa dalam bentuk ibadah. Kalau untuk modal psikologi, suatu kebetulan yang luar biasa di era tahun 2000 sampai saat ini, saya berkesempatan melihat "suatu gelombang motivasi" yang diantaranya mengajarkan kesiapan mental. Maksud saya suatu gelombang motivasi itu mengandaikan adanya era "bagaimana mengajarkan psikologi secara praktis dan populer melalui media buku, radio serta media komunikasi lainnya."
Tidak hanya diajarkan melalui berbagai media komunikasi, "suatu gelombang motivasi" juga membawa berkah untuk melahirkan para motivator, trainer, praktisi serta teladan lainnya yang mengajarkan bagaimana cara sukses. Ada diantaranya yang saya dapatkan pengajaran itu, baik melalui berbagai media komunikasi maupun langsung dari teladan orang-orang yang sudah terlebih dahulu sukses. Sederhananya yang saya dapatkan adalah, ternyata kesiapan mental perlu disiapkan secara matang karena ia merupakan salah-satu bahan bakar kesuksesan.
Kebebasan Finansial
Bagaimana dengan benih modal sosial dan modal finansial? Lama saya memikirkan jawaban untuk pertanyaan reflektif ini. Membicarakan modal sosial yang ada di diri saya berarti harus mengoperasionalkan terlebih dahulu definisi "wirausahawan sukses" untuk diri saya pribadi. Tidak tertutup kemungkinan definisi operasional tersebut mau tak mau juga terkait dengan benih modal sosial serta modal finansial saya. Ya agar saya tahu saya saat ini berada di lingkungan sosial yang tepatkah atau mau diarahkan kemana modal finansial saya.
Menurut saya, wirausahawan sukses merujuk pada suatu impian dimana saya menjadi penulis terkenal yang menghasilkan berbagai buku Best-Seller. Amiin. Lalu pertanyaan selanjutya adalah: Sudahkah saya memiliki benih jaringan sosial yang merujuk pada pertemanan dengan para penulis? Lagi-lagi saya beruntung hidup di era dimana dunia maya hadir. Kehadiran dunia maya membawa berkah untuk diri saya berteman dengan sebagian penulis di media sosialnya. Di berbagai media sosial maya inilah saya harus terus menambah pertemanan dengan para penulis lain serta memeliharanya dengan menjaga hubungan baik. Maksud menjaga hubungan baik adalah saling berbagi ilmu kepenulisan misalnya atau yang lainnya seperti membeli buku yang ditulis oleh teman dunia maya.
Nah kalau membicarakan modal finansial, ada problema lain yang menjadi jembatan menuju pertanyaan: Mau diarahkan kemana modal finansial saya? Yakni, darimana saya mendapatkan pertama kali modal finansial untuk membangun pondasi menjadi penulis? Kata kuncinya adalah berusaha. Dan Alhamdulillah saya sedang mengeja kata kunci itu (baca: berupaya). Caranya dengan mengikuti berbagai kompetisi kepenulisan. Selain sebagai uji kemampuan dalam bidang kepenulisan, mengikuti segala lomba kepenulisan bertujuan ya itu tadi mengumpulkan modal finansial.
Kembali ke pertanyaan: Mau diarahkan kemana modal finansial saya? Nantinya muara pertanyaan ini akan menuju ke kondisi kebebasan finansial. Inilah kondisi yang saya idam-idamkan sebagai terminal terakhir dimana saya menjadi penulis segala buku Best-Seller. Lebih jauh, kebebasan finansial mengandaikan saya sudah mempunyai kejelasan panduan dalam peta dan rencana keuangan saya sehingga saya tidak perlu risau atau ruwet mau diarahkan kemana modal finansial saya.
Solusi Perbankan
Tentu kondisi pertama yang saya harus saya dapatkan terlebih dahulu untuk menuju kebebasan finansial, yaitu ada cukup finansial di diri saya. Dan itu sudah terjawab tadi, caranya dengan berupaya. Itu satu. Kondisi kedua yang harus saya dapatkan terlebih dahulu, yaitu adanya beberapa aset produktif yang saya miliki. Dalam hal ini, aset produktif di diri saya merupakan segala sesuatu berupa barang yang menunjang produktivitas kerja saya menjadi penulis. Aset utama saya adalah komputer. Selain berfungsi sebagai alat perekam kegiatan menulis, komputer juga berguna untuk menghubungkan diri saya ke dunia maya.
Kondisi ketiga merujuk pada suatu pendelegasian yang melancarkan produktivitas kerja saya menjadi penulis. Syarat pendelegasian untuk menuju kebebasan finansial di diri saya menjadi penting karena saya bisa mefokuskan diri pada pekerjaan menulis. Bisa dibayangkan di era multitasking saat ini, kalau saya masih memegang tugas utama dan segala tugas lainnya. Tentu merepotkan. Salah-satu tugas yang saya delegasikan adalah membeli berbagai keperluan produktivitas kerja saya menjadi penulis. Misal dalam hal ini seperti membeli buku, mengikuti pelatihan penulis serta mengikuti seminar "membangun mental wirausahawan" dan banyak lainnya.
Untuk tugas satu ini (membeli berbagai keperluan) tentu membutuhkan solusi perbankan. Solusi perbankan mengandaikan ada bantuan untuk diri saya dari pihak bank yang memudahkan tugas membeli semua keperluan. Dan saya percaya pada BCA (Bank Central Asia) untuk membantu hal itu. Alasannya, jujur BCA memang sudah terkenal dimana-mana sehingga menurut pengamatan saya BCA menjadi bank unggulan pertama yang mendapat kepercayaan sebagian besar masyarakat Indonesia.
Alasan kedua karena sudah terkenal dimana-mana, tentu ATM BCA juga sudah terletak dimanapun ada lokasi strategis. Hal yang paling sering lakukan adalah ya ini mengambil uang melalui ATM BCA di depan gang rumah saya. Kebetulan lokasi ATM tersebut terletak di toko swalayan sehingga saya bisa sesekali membeli kebutuhan pribadi. Intinya, ATM BCA sangat berguna untuk kemudahan transaksi.
Berbicara kemudahan transaksi, tentu saya juga memanfaatkan layanan perbankan BCA berupa e-banking. Nah layanan inilah yang membantu saya. Menbantu dalam hal misal membeli buku melalui klikBCA dengan cara tranfer antar rekening. Tidak hanya itu, klikBCA juga membantu saya membayar untuk mengikuti seminar "membangun mental kewirausahaan" serta masih banyak lagi. Lebih jauh, klikBCA adalah cara saya mengendalikan mau diarahkan kemana modal finansial saya. Nah cara itu kan termasuk bagia menuju ke kebebasan finansial.
[caption id="attachment_184257" align="aligncenter" width="640" caption="sumber: bca.co.id"]
Tentu saya sangat berterimakasih kepada BCA karena hanya dengan membuka rekening bank dan mendapatkan beberapa produk perbankannya (seperti buku tabungan, kartu debet dan tokken), saya bisa terhubung dengan semacam media yang memudahkan saya bertransaksi. Ya media bernama e-banking dengan beragam fiturnya.
Ke depannya, tentu saya masih membutuhkan BCA sebagai partner yang mengantarkan ke tujuan yaitu kebebasan finansial. Masih banyak impian yang belum saya raih ketika saya berupaya menjadi penulis buku Best-Seller. Segala impian itu seperti membeli kendaraan idaman, membeli hunian ideal, membantu menyusun rencana pernikahan, membantu menyusun rencana pedidikan anak kelak serta masih banyak lagi impian lainnya. Pada akhirnya, BCA banyak membantu saya kini dan nanti untuk merencanakan masa depan saya agar tidak ruwet.
Powered By:
Berbagi Cerita bersama BCA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H