Mohon tunggu...
Ahmed Tsar Blenzinky
Ahmed Tsar Blenzinky Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger | Content Creator | Sagitarius

Co-Founder BRid (Blogger Reporter Indonesia) | Sekarang Lebih Aktif di https://ahmedtsar.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pudar

27 Februari 2010   04:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:43 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Kau Marah kawan

Setiap kali kau ingin menjadi bintang berekor. Cahayamu pendar

Menarik bintang kelam agar bergravitasi

Entah mana yang harus menjadi episentrum

Lintasanmu memercakkan darah kegeraman

Kau marah kawan

Benda langit ingin kau pecahkan

Menguasai senyap menghimpun genderang

Mengundang riuh noda-noda gemintang

Kau kibarkan lusuh semangatmu

Kau marah kawan

Reguklah utopia sinar benderang

Mengais jelujur-jelujur satelit

Kau sangka aku bulan

Ternyata hanya remah-remah langit

Kau marah kawan

Menghimpun bintang berekor agar tak luruh

Kau tantang tanda-tanda langit

Agar mau bekerjasama membentuk galaksi

Kau marah kawan

Menjaga keseimbangan itu wajar

Tapi mengapa kosmos ini

Mari mengeja asap-asap supernova

Agar tak terjerumus penghisap lubang hitam

Kau marah kawan

Benar jadi mercusuar surya itu baik

Penjaga rasi agar tetap terbentuk

Alunan irama asteroid menjadi cirikhas kau

Nadanya membius hampir sama nyaring dengan tarian alam

Kau marah kawan

Bumi pun tak pantas menderaikan tawa

Hanya karena geram, kepanjangan dari dimensi Andromeda

Coba kau hitung berapa banyak korban

Pisces, Aquarius, Cancer, Leo, Virgo, Sagitarius, Libra, Scorpio, Taurus ya Taurus

Benarkah harus dimulai dari diri sendiri?

Sekali lagi, kau muak kawan

Usaplah debu-debu antariksa

Tanamlah bibit-bibit oksigen

Tapi jangan kau pudarkan cahayaku

Dari bintang kelam yang mencoba menjadi bintang berekor agar tak jadi bintang jatuh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun