[caption id="attachment_317651" align="alignleft" width="300" caption="ilustrasi (sumber:flickr.com)"][/caption]
Kalau tidak ada aral melintang, Obama akan datang ke Indonesia tanggal 9-10 November 2010 setelah dua kali tidak menepati janjinya. Akan tetapi, untuk kunjungan yang hampir pasti kali ini, tuan rumah yang akan dikunjungi Presiden USA sedang mempunyai “hajat”. Ya Indonesia sedang dilanda bencana berturut-turut, dari banjir bandang Wasior Papua, gempa dan tsunami Mentawai Sumatera Barat serta erupsi gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah bersama Yogyakarta.
Apakah kedatangan Presiden Obama ini akan “merepotkan” atau sebaliknya bagi Presiden SBY yang saat ini menjadi pengawas langsung BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana)? Atau, tidak berhubungan sama sekali antara kunjungan diplomasi Obama dengan berbagai bencana yang sedang terjadi di Indonesia?
Contoh perumpamaannya begini: Anda sedang tertimpa musibah, katakanlah salah-satu anggota keluarga Anda ada yang meninggal. Benar, Anda sedang mengadakan acara persemayaman. Di rumah Tiba-tiba (“atau memang sudah janjian terlebih dahulu”), kolega bisnis Anda datang ke rumah karena ada urusan bisnis yang penting. Apa yang Anda lakukan? Maksudnya, kepentingan mana yang harus didahulukan?
Menolak
Tidak mungkin untuk menolak kedatangan Obama. Bila jawaban ini yang diajukan, masuk akal. Logikanya, sudah dua kali Obama berjanji akan datang ke Indonesia, tetapi gagal. Nah, ketika Beliau untuk ketiga kalinya berjanji berkunjung dan hampir pasti (ya mungkin hampir pasti, karena beliau juga akan menghadiri KTT G-20 di Seoul Korea Selatan), masa kesempatan itu akan dilepas. Disebut kesempatan karena Indonesia juga punya kepentingan diplomasi terhadap satu-satunya negara adi kuasa di dunia ini. Misal tentang investasi terkait dengan Penanaman Modal Asing (PMA) atau tentang pengurangan embargo senjata serta kepentingan lainnya.
Pertanyaanya kemudian, perlukah kepentingan diplomasi Obama didahulukan bila tanggal 9-10 November nanti Merapi masih bererupsi (“mudah-mudahan tidak”)? Pertanyaan ini sama bobotnya dengan: Perlukah kepentingan Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno, didahulukan untuk pergi ke Jerman di saat para penduduk “pulau benteng terluar Sumbar” sedang terkena musibah Gempa dan Tsunami?
Kalau dilihat dari ukuran etika, jawaban pertanyaan tersebut jelas, tidak perlu. Mengapa? Coba tengok artikel Prof William Liddle (Kompas, 3/11). Dalam artikel tersebut, “sebenarnya” kepentingan Amerika yang diwakilkan Obama itu tidak ada, selain kepentingan pribadi Beliau karena pernah tinggal di Jakarta selama lima tahun. Jawaban ini bukan bermaksud meremehkan kedatangan Obama sebagai Presiden AS, akan tetapi memang kenyataan relistisnya begitu, apalagi Beliau hanya dua hari di Indonesia. Jadi, jangan mengharap banyak ada imbal-balik kepentingan diplomasi bila pihak Paman Sam tidak ada kebutuhan berarti di sini.
Menerima
Ya menerima kunjungan Obama jika pihak Indonesia berani melobby Presiden USA untuk sekaligus membawa bantuan, baik berupa hardware maupun software, untuk menanggulangi rentetan bencana yang sedang terjadi di Indonesia. Bantuan hardware maksudnya adalah bantuan infrastruktur (The stock of basic facilities and capital equipment needed for the functioning of) untuk menanggulangi bencana. Sedangkan maksud bantuan software adalah bantuan keahlian (misal tenaga medis dan konsultan, yaitu bantuan yang berupa sekelompok pakar yang mahir menanggulangi bencana secara masterplan agar terjadi tranfer ilmu ke sekelompok pakar penanggulangan bencana di Indonesia.
Pada saat postingan ini ditulis, Obama sedang berkunjung ke India. Jadi, belum terlambat Presiden Indonesia untuk melobby Beliau. Mampukah atau sebaliknya, berani menolak kedatangan Obama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H