Mohon tunggu...
Ahmed Tsar Blenzinky
Ahmed Tsar Blenzinky Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger | Content Creator | Sagitarius

Co-Founder BRid (Blogger Reporter Indonesia) | Sekarang Lebih Aktif di https://ahmedtsar.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jurnalisme Tutur Tinular

2 September 2010   08:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:31 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_247219" align="alignleft" width="212" caption="sumber : brandflakesforbreakfast.com"][/caption]

Menarik apa yang dibahas oleh Managing Director Kompasiana .(Bapak Taufik K. Mihardja) tentang fenomena penggunaan Twitter sebagai media pemberitaan (dapat Anda baca di sini). Menurut saya, apa yang dipaparkan oleh Beliau menggambarkan perkembangan suatu jenis jurmalisme baru, yaitu jurnalisme tutur tinular (word of mouth journalism). Geli juga saya menamakan fenomena tersebut dengan jurnalisme tutur tinular. Apa sebab? Ya karena dua istilah yang saya gabungkan itu sebenarnya bertolak belakang. Jurnalisme harus mengutamakan fakta sedangkan tutur tinular mengandaikan suatu gunjingan atau gosip yang seringkali mengabaikan fakta.

Akan tetapi di era majunya teknologi-komunikasi ini, istilah tutur tinular mengalami perluasan makna. Ia tidak lagi dimaknai negatif melainkan digunakan untuk menyebarkan segala hal yang “positif” (baca: bermanfaat bagi yang menggunakannya, tapi belum tentu dengan yang lain). Contoh jika kita memperhatikan kajian manajemen pemasaran beserta praktiknya akhir-akhir ini, ternyata tutur tinular sangat efektif untuk mengiklankan suatu produk (apalagi kalau penutur pertama itu artis / endorser). Di dunia radio, tutur tinular digunakan oleh penyiar sebagai adlip (advertisement lip).

Makna baru tutur tinular inilah yang sedang melanda situs-situs perkawanan sosial seperti Facebook, Twetter, Kompasiana dan lain-lain. Anda masih ingat, kolabirasi Sinta dan Jojo (Keong Racun) serta kasus Ariel Peter Pan menjadi trending topic di Twitter. Kenapa mereka bertiga menjadi trending topic di Twitter?Jawabannya bisa diduga, ya karena mereka bertiga waktu itu sedangdigunjingkanoleh banyak netizen di Twitter. Lalu apa hubungannya trending topic di Twitter dengan jurnalisme tutur tinular? Hubungan ada di dampaknya. Maksudnya, ketika ada peristiwa yang menjadi trending topic di Twitter, maka efeknya menjadi luar biasa karena banyak orang yang belum tahu menjadi tahu (“ngomong-ngomonginilah cerminan jurnalisme, yaitu adanya semacam pekerjaan memberitakan pada banyak orang”).

Tetapi jangan salah sangka, infotainment bukan satu-satunya formula ampuh untuk dijadikangunjinganoleh banyak netizen di Twitter. Berita polhukamsosbud (politik, hukum, keamanan, sosial dan budaya) tak jarangdigosipkandi Twitter, walau tidak menjadi trending topic. Inilah yang membuat banyak situs berita (seperti Kompas.com, Detik dan lain-lain) ramai-ramai mempunyai alamat di Twitter. Mereka ingin memanfaatkan efek luar biasa situs sosial Twitter, yaitu memberitakan ke banyak orang (dalam kajian komunikasi massa, dapat juga dikatakan Twitter mencerminkan suatu alat Public Relation On The Net).

Pertanyaan selanjutnya adalah (dalam postingan Bapak Taufik K. Mihardja mungkin ingin membahas ini), bagaimana memanfaatkan jurnalisme tutur tinular di Twitter beserta efeknya (dan berbagai situs sosial lainnya) untuk kepentingan Citizen Journalist (jurnalis warga)? Inilah yang harus dibahas oleh para Kompasianers karena selanjutnya para Kompasianers juga akan merangkap sebagai jurnalis warga di Kompas.com. Dan saya baru juga mengerti (bahasa Jawa: Ngeh), ternyata Bapak Taufik K. Mihardja juga ingin mengajak para Kompasianers memanfaatkan BBM (Black Berry Messenger) sebagai alat jurnalis warga di dalam postingan terbarunya.

Terakhir, mungkin sebagai petunjuk, mari membahas definisi jurnalisme tutur tinular (word of mouth journalism). Jurnalisme tutur tinular merujuk pada suatu pekerjaan melaporkan peristiwa berita ke dalam suatu media berita dengan memanfaatkan metode tutur tinular berbagai situs sosial.

Bagaimana para Kompasianers, Anda semua mempunyai jawaban atas pertanyaan: bagaimana memanfaatkan jurnalisme tutur tinular di Twitter beserta efeknya (dan berbagai situs sosial lainnya) untuk kepentingan Citizen Journalist (jurnalis warga)? Monggo silakan share

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun