Dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, perlu diketahui guru juga manusia biasa. Guru juga pernah mengalami up and down dalam setiap detik yang dijalaninya. Sebaiknya, guru juga bisa mengambil keputusan yang tepat yang bisa berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Oleh karena itu, sebagai guru memiliki pengendalian diri yang mencakup pengendalian sosial dan emosional sehingga bisa melihat masalah secara jernih dan luas. Pengelolaan emosi menghadapai permasalahan yang di hadapi apalagi  keanekaragaman karakteristik potensi murid serta masalah sosial murid. Oleh karenanya, guru perlu memahami Kompetensi Sosial Emosional (KSE) yang sebaiknya dimiliki oleh seorang pendidik.
Disamping itu pembelajaran KSE harus dikombinasikan dengan pembelajaran diferensiasi yang dimana memberikan pembelajaran dengan mengeluarkan potensi dan sesuai minat bakat murid. Lakukan pemetaan sederhana untuk mengidentifikasi gaya belajar yang cocok untuk diterapkan berdasarkan gaya belajar murid-murid itu sendiri. Murid juga merasa senang belajar karena mereka ikut terlibat dalam menentukan cara belajar yang mereka inginkan. Dengan ditambah refleksikan diri terhadap filosopi Ki Hajar Dewantara bahwa hakikatnya guru perlu menuntun peserta didik untuk mengenali dan menemukan dirinya.
Seorang pemimpin pembelajaran dapat mengambil keputusan yang dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Kolaborasi dibutuhkan dalam hal ini. Sinergi antara murid, guru, kepala sekolah, orang tua dan masyarakat untuk membentuk mutu pendidikan yang lebih baik. Proses Coaching bisa jadi alternatif pendekatannya, lakukan komunikasi yang asertif antara seluruh pihak sehingga dapat menemukan solusi dalam menghadapi permasalahan yang terjadi. Membangun hubungan positif antar warga sekolah.
Kesimpulan akhir, dalam pembelajaran berdiferensiasi, kompetensi sosial emosional, dan coaching memiliki koneksi yang berkaitan untuk pengembangan kompetensi guru baik secara akademik maupun sosial. Ditambah dengan refleksi Ki Hajar Dewantara, merefleksikan bahwa setiap anak mempunyai keunikan sendiri yang terlahir dari kodrat zaman dan kodrat alam. Guru berperan sebagai penuntun bukan penuntut, agar potensi-potensi yang ada pada anak akan menjadi kekuatan modal untuk menggapai harapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H