Mohon tunggu...
Ahmad Zainudin
Ahmad Zainudin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Tempat diskusi paling bebas dan aman adalah ruang kelas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Argument: Mengenali Macam-macam Sesat Berpikir (Logical Fallacy)

4 Januari 2020   16:01 Diperbarui: 4 Januari 2020   16:02 4907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Argumen bisa ditemukan dimana saja dalam diskursus publik. Kamu membuat argumen, dan kamu mendengar argumen. Persoalannya ketika kamu menemukan argumen, kamu akan menemukan sesat berpikir (Logical Fallacy) dalam argumen dan sesat berpikir dalam penalaran. Seperti contoh:

"Jangan menumbuhkan kumis, karena Hitler punya kumis, oleh karena itu, kamu akan menjadi seperti Hitler!"

Diatas merupakan contoh argument logical fallacy, tidak mungkin bisa ditarik kesimpulan jika menumbuhkan kumis maka seperti hitler atau seperti orang yahudi. Seperti kebanyakan masyarakat kita akhir-akhir ini mengaitkan dengan aspek Teologi (hal yang berhubungan dengan keyakinan agama)

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami cara beragumen dan berpikir yang benar dan dapat mengidentifikasi Logical fallacy dalam berargumen. Berikut 8 Logical Fallacy yang umum terjadi:

1. Circular Reasoning, terjadi ketika argumen diulangi berputar-putar tanpa dibuktikan. Di lain kata, dari pada menjelaskan kenapa sesuatu terjadi benar atau tidak benar, kamu hanya kembali kepada argument semula sebagai pendukung, contoh:

  • X: Menjual dan mengkonsumsi minuman keras itu salah karena melanggar hukum.
  • Y: Kenapa bisa melanggar hukum?
  • X: Karena itu salah.

2. Hasty Generalization, dimana membuat kesimpulan berdasarkan skala kecil tanpa mempertimbangkan seluruh fakta, contoh:

  • X: Saya banyak mantan pacar. Cowok di daerah A banyak php, begitu juga cowo di daerah B dan C. Saya simpulkan semua cowok di kota ini tukang php!
  • X: Ayahku merokok 3 bungkus sehari dan hidup sampai umur 70 tahun. Oleh karena itu merokok tidak terlalu buruk untukmu.

Kamu tidak bisa membuat kesimpulan secara umum hanya dengan mengambil beberapa contoh kasus. Seperti contoh pertama, bisa saja cowok di daerah lain di kota tersebut ada yang baik dan serius dalam berhubungan, dan kamu tidak bisa mengambil resiko untuk kesehatanmu dengan hanya meneliti satu kasus seorang pria perokok seperti contoh kedua. Hasty Generalization bisa dihindari dengan mengamati setiap aspek dari argumen yang dibahas.

3. Slippery slope, adalah satu langkah kejadian yang dimana satu langkah kecil bisa menimbulkan efek yang siginifikan biasanya negatif, persoalannya yang membuat argumen ini sesat adalah langkahnya yang terlalu panjang. Misal, A-B-C-D-M-P-V-Z. Kesimpulannya jika kita menginginkan A terjadi, maka Z yang tidak diinginkan akan terjadi artinya A semestinya tidak terjadi, seperti contoh:

  • X: Jika kamu tidak belajar di hari minggu, nilaimu akan kecil. Jika nilaimu kecil, kamu tidak akan lulus kuliah dengan predikat cumlaude, artinya kamu tidak mendapatkan pekerjaan. Jika kamu tidak mendapatkan pekerjaan, kamu akan tinggal di jalanan

Ini bisa disimpulkan, jika tidak belajar di hari minggu, kamu akan menjadi pengangguran. Namun dalam beberapa kasus, Slippery Slope sering dimunculkan dalam sesuatu lelucon hiburan.

4. Straw Man atau orang-orangan sawah dimana sesorang membuat argumen palsu untuk diserang agar bisa menipu orang-orang yang mendengar argumen tersebut, seperti contoh:

  • X: Bagaimana pendapatmu tentang penyebab banjir di jakarta?
  • Y: Saya belum membaca berita terkait untuk bisa menyimpukan faktor penting penyebab banjir di Jakarta.
  • X: Bagaimana bisa kamu tidak peduli dengan lingkungan? Kamu kan seorang akademis sekaligus peneliti harus cepat tanggap dong dengan kejadian terbaru. Ini soal bangsa!
  • Y: Saya hanya bilang belum mempelajari sumbernya bukan tidak peduli sesama.

5. Ad hominem, ini sering terjadi di dalam diskursus publik politik kita, dimana argumen tersebut ditujukan untuk menyerang pribadi seseorang, bukan menyerang argumen itu sendiri.

  • X: Pemerintah tidak berhak menghambat romansa seseorang untuk menikah dengan menerbitkan peraturan sertifikat layak nikah.
  • Y: Kenapa sibuk mengurus hal seperti ini. Anda sendiri sudah tua belum menikah. Atau,
  • X: Kamu sudah tes dan lulus beasiswa untuk melanjutkan S2. Kenapa kamu tidak ambil?
  • Y: Setelah saya pikir, saya masih ingin melanjutkan kemajuan di daerah ini tempat saya mengabdi. Saya diberi tanggung jawab lebih.
  • X: Ah bilang saja kamu malas untuk belajar dan mengincar proyek disini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun