Mohon tunggu...
Ahmad Zainudin
Ahmad Zainudin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Tempat diskusi paling bebas dan aman adalah ruang kelas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Melihat dari Standar ke -5: Slogan "SMK Bisa!" Kok Banyak Nganggur?

18 Maret 2019   19:35 Diperbarui: 18 Maret 2019   20:04 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ada masalah dalam kualitas pendidikan untuk sekolah menengah kejuruan, sekolah menghadapi masalah dalam penyediaan peralatan untuk praktik kerja. Slamet (2010) menyatakan bahwa penelitian menunjukkan 55% peralatan praktis sekolah kejuruan berada di bawah fasilitas dan infrastruktur standar nasional. Sebagian besar gurunya pun tidak cukup ICT untuk menangani peralatan. Oleh karena itu, akan berdampak pada kompetensi lulusan.

Lebih lanjut, Slamet (2010) menegaskan fakta bahwa tidak setiap sekolah menengah kejuruan di Indonesia mampu menyediakan bengkel dan laboratorium modern atau membangun kerja sama yang kuat dengan perusahaan (pilar ke 2). Hal ini sangat berlawanan terkait dengan ekspektasi global, sekolah kejuruan perlu memiliki gedung praktik, workshop, agar siswa dapat mengaplikasikan ilmunya dengan keterampilan kompetensi.

Fakta dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah & Madrasah (BAN-S / M) (2017) menunjukkan hasil di Wilayah Sumatera Selatan, ada 27 sekolah menengah kejuruan yang telah terakreditasi dari setiap jurusan di sekolah. Dari 27 sekolah menengah kejuruan, ada satu sekolah kejuruan swasta yang mendapat nilai D di salah satu jurusan yang ditawarkan di sekolah itu, 4 jurusan dari sekolah menengah kejuruan yang berbeda, 2 sekolah swasta dan 1 sekolah negeri mendapat C dan jurusan lain dari sekolah lain mendapat nilai A dan B.

Ditambah angka pegangguran di Sumatera Selatan mencapai 109 ribu, dan penyumbang angka pengangguran tertinggi berdasarkan tingkat pendidikan yakni dari Sekolah Menengah Kejuruan.

Ada keliru karena lulusan SMK itu harus tersalurkan ke dunia kerja. Pemerintah harus bisa memberikan solusi terkait pengembangan keterampilan mereka yang terbatasi karena minimnya sarana dan prasarana. Anggaran harus tepat sasaran mungkin?

Ataupun pemerintah membangun pusat pelatihan yang langsung bisa tersalurkan bekerja sama dengan industri terkait yang relevan.

 "Jangan sampai niat masuk SMK untuk dapat kerja malah nganggur. Harus adakan perubahan karena SMK Bisa!"

Karena penulis percaya adanya korelasi antara fasilitas dan infrastruktur dengan prestasi belajar siswa di sekolah kejuruan akan menunjukkan hasil yang positif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun