Mohon tunggu...
Ahmad Thohir Abdul Nur
Ahmad Thohir Abdul Nur Mohon Tunggu... Freelancer - Pimpinan Redaksi Punyarakyat.com sekaligus Reporter

Pemimpin Redaksi Punyarakyat.com Update Berita Seputar Jawa Tengah Update Peristiwa Jawa Tengah Content Creator Snack Video

Selanjutnya

Tutup

Money

Tanggapan UMKM Melonjaknya Harga Kedelai

26 Februari 2022   16:46 Diperbarui: 26 Februari 2022   16:52 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dihantam Pandemi dan Kenaikan Harga Kedelai, Rumisih Tetap Bertahan Membuat Tempe

Rembang -- Rumisih, warga Desa Pulo Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang tetap bertahan membuat tempe dan keripik tempe untuk bertahan hidup.

Di tengah hantaman badai pandemi yang mempengaruhi sendi ekonomi secara luas, Rumisih mengungkapkan betapa sulitnya bertahan hidup di masa pandemi. tidak hanya hambatan karena Pandemi Covid19, kenaikan kedelai sebagai bahan baku tempe juga menambah pukulan terhadap kondisi perekonomiannya semakin memberat.

"Sudah sejak 2002 bikin tempe mas, sampai sekarang masih jalan, meski keadaan sangat berat hari ini" kata Rumisih membuka perbincangan pada Selasa (11/1/2022)

"Tanggungan Biaya Kuliah anak, biaya kos kosan harus tetap bayar terus, jadi ya kami terus bertahan bikin tempe" lanjut Rumisih.

Rumisih masih membuat tempe dengan proses tradisional, meskipun kemasannya sudah menggunakan plastik, tidak lagi daun jati. "proses pembuatan tempe ini total 4 hari, sejak dari membersihkan kedelai, merebusnya, menggiling kedelai sampai peragian dan jadi tempe yang siap untuk dipasarkan" terang Rumisih.

"Saya belanja kedelai itu utang, sekarang ini sekarung kedelai (50 kg-red) harganya 522.500 atau Rp. 10.450/kg, dulu-dulu biasanya 335.000 per karung jadi masih bisa dapat untung" kata Rumisih.

Rumisih mengaku keuntungan jualan tempe sudah sangat mepet, sehingga salah satu solusinya adalah dengan mengurangi ukuran tempe. Namun hal tersebut tidak serta merta dapat dilakukan dengan mudah, mengingat resiko komplain dari konsumen, sementara jika menaikkan harga juga beresiko kehilangan konsumen.

Rumisih berharap kondisi perekonomian dapat pulih kembali, harga kedelai normal kembali dan dia dapat mendapatkan keuntungan kembali dari membuat tempe.

"Ya berdoa saja mas, semoga kondisi usaha bisa pulih kembali, bisa mendapatkan keuntungan lagi" pungkas Rumisih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun