Menurut Mayo Clinic, nikotin, yang terdapat dalam rokok dan vape, bekerja dengan melepaskan dopamin di otak, hormon yang memicu rasa senang dan puas. Semakin sering terpapar nikotin, semakin banyak pula kebutuhan untuk mencapai efek yang sama. Menurut Direktur Riset Klinis dari Johns Hopkins Medicine, Mr Michael Blaha, nikotin merupakan zat yang sangat adiktif. Selain itu, nikotin juga dikenal sebagai zat yang toksik karena dapat memberikan beberapa dampak buruk bagi kesehatan seperti meningkatkan tekanan darah, detak jantung, dan risiko serangan jantung. Meskipun penelitian tentang dampak kesehatan vape masih terbatas, Mr. Blaha memperingatkan bahwa pengguna vape terpapar berbagai zat kimia yang belum sepenuhnya dipahami dan berpotensi berbahaya.
Berhenti merokok dan vaping membutuhkan tekad yang kuat, namun dapat dibantu dengan terapi pengganti nikotin dan obat-obatan resep dokter. Terapi pengganti nikotin tersedia dalam berbagai bentuk, seperti patch, semprotan, permen karet, dan lozenges, dan dosisnya akan dikurangi secara bertahap untuk membantu mengurangi gejala "sakau" nikotin. Selain terapi pengganti nikotin, obat-obatan resep dokter seperti bupropion dan varenicline juga dapat membantu mengatasi kecanduan rokok elektrik atau vape. Bupropion bekerja dengan mengurangi gejala putus zat dan keinginan untuk merokok, sementara varenicline menghalangi efek nikotin pada otak. Konsultasikan dengan dokter untuk menentukan pilihan pengobatan yang paling sesuai dengan kondisi anda. Lepaskan dirimu dari belenggu rokok dan vape, raih hidup yang lebih sehat dan berkualitas! Jangan biarkan zat berbahaya mengendalikanmu, ambil kendali atas kesehatanmu sekarang juga.
     Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H