Mohon tunggu...
Ahmad Rakan
Ahmad Rakan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UAD

Saya suka bakso

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Vape Sebagai Alternatif Rokok?

15 Juli 2024   14:20 Diperbarui: 15 Juli 2024   20:07 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh:

Ahmad Rakan Arrona & Iyan Sofyan

(Mahasiswa PBI & Dosen PG PAUD Universitas Ahmad Dahlan)

 

Rokok elektrik atau vape, yang semula dianggap sebagai alternatif lebih sehat daripada rokok konvensional, ternyata menyimpan bahaya laten. Meskipun sempat populer sebagai pilihan yang dianggap lebih aman, penelitian mutakhir menunjukkan bahwa vape juga dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan serius. Kandungan zat kimia dalam vape, termasuk nikotin, terbukti memiliki efek negatif pada tubuh. Riset terbaru dari Statista Consumer Insights menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan pengguna vape terbanyak di dunia, dengan 25% responden mengaku pernah menggunakan vape setidaknya sekali (Sumber: databooks.katadata.co.id, 2023). Sementara itu, Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2021 menunjukkan bahwa prevalensi pengguna vape di Indonesia meningkat 10 kali lipat dalam 10 tahun terakhir, mencapai 3% dari populasi dewasa (Sumber: sehatnegeriku.kemkes.go.id, 2022). Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa vape bukanlah solusi bebas risiko dan memiliki dampak kesehatan yang perlu diwaspadai. Temuan ini mendorong banyak peneliti untuk mendalami kajian mengenai vape guna mengungkap lebih jauh dampaknya terhadap kesehatan manusia.

Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh tim peneliti dari Ohio State University Wexner Medical Centre mengungkapkan bahwa kebiasaan vaping, atau mengisap rokok elektrik, dapat meningkatkan risiko terjadinya bronkitis, yaitu peradangan pada saluran udara di paru-paru. Hal ini sejalan dengan pandangan Mayo Clinic, yang menyatakan bahwa kebiasaan merokok merupakan penyebab utama dari bronkitis kronis atau jangka panjang. Studi terbaru yang dipublikasikan dalam British Medical Journal memberikan bukti kuat tentang dampak negatif vaping terhadap kesehatan paru-paru. Penelitian ini menunjukkan bahwa 81 persen partisipan yang aktif mengisap vape, setidaknya dalam sebulan terakhir, memiliki risiko lebih tinggi mengalami mengi, yaitu suara napas berbunyi yang menandakan penyempitan saluran pernapasan.

Beberapa gejala yang mirip dengan bronkitis, seperti batuk berdahak yang berkepanjangan dan hidung tersumbat tanpa adanya pilek, dapat menjadi indikasi adanya masalah kesehatan pada paru-paru akibat penggunaan vape. Batuk yang berlangsung selama tiga bulan atau lebih, tanpa adanya penyebab yang jelas, perlu mendapatkan perhatian medis lebih lanjut karena bisa menjadi tanda awal dari kondisi yang lebih serius.

Studi yang dilakukan pada tahun 2023 ini juga mengungkapkan temuan yang mengkhawatirkan terkait dampak vaping terhadap pernapasan. Partisipan yang aktif menggunakan vape, setidaknya dalam satu bulan terakhir, memiliki risiko 78 persen lebih tinggi mengalami sesak napas. Angka ini sangat signifikan dan menunjukkan bahwa vaping dapat mengganggu fungsi paru-paru secara serius, bahkan dalam jangka waktu yang relatif singkat.

Menurut peneliti Dr. Alanya Tackett, studi semakin memperkuat bukti bahwa vape menyebabkan gejala pernapasan yang mengindikasikan perlunya pertimbangan regulasi mengenai rokok elektrik. Dr. Tackett mengungkapkan keprihatinannya terhadap regulasi rokok elektrik atau vape yang saat ini dianggap kurang memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat. Menurutnya, berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan vape dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, mulai dari gangguan pada gigi dan paru-paru hingga penurunan daya ingat. Oleh karena itu, perlu adanya regulasi yang lebih ketat untuk melindungi masyarakat dari bahaya vape.

Salah satu risiko kesehatan yang perlu diwaspadai adalah bronkitis, yaitu peradangan pada saluran bronkial yang dapat menyebabkan batuk berdahak, sesak napas, dan nyeri dada. Meskipun bronkitis akut biasanya dapat sembuh dalam waktu tiga minggu, namun pada beberapa kasus, terutama jika dipicu oleh penggunaan vape yang terus-menerus, bronkitis dapat berkembang menjadi kondisi kronis yang lebih sulit disembuhkan dan berdampak jangka panjang pada kesehatan paru-paru. Meskipun bronkitis akut umumnya dapat sembuh dalam beberapa minggu, namun kondisi ini tidak boleh dianggap remeh. Pada beberapa kasus, terutama jika dipicu oleh penggunaan vape yang berkelanjutan, bronkitis dapat berkembang menjadi komplikasi yang lebih serius, seperti pneumonia (infeksi paru-paru) dan gagal napas. Kedua komplikasi ini dapat mengancam jiwa dan memerlukan perawatan medis intensif. Oleh karena itu, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala bronkitis yang berkepanjangan atau memburuk.

Penting untuk mengenali gejala bronkitis sejak dini agar dapat segera mendapatkan penanganan yang tepat. Beberapa gejala yang perlu diwaspadai antara lain batuk yang produktif (menghasilkan dahak), rasa sakit di dada saat batuk, sesak napas, nyeri tenggorokan, hidung beringus, dan demam tinggi. Jika mengalami gejala-gejala tersebut, terutama jika Anda merupakan pengguna vape, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang sesuai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun