Mohon tunggu...
Ahmad Raihan
Ahmad Raihan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka sedikit menulis, lebih suka nonton bola .

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sinden, antara Menyuarakan dan Menyampaikan

19 Desember 2023   07:34 Diperbarui: 19 Desember 2023   08:11 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika menonton sebuah acara musik, penyanyi sebagai pusat perhatian. Penyanyi selalu tampil terdepan. Karena itu, sering kali penyanyi lebih dikenal publik daripada anggota musisi yang lain. Penyanyi idealnya juga memiliki wajah yang cantik atau tampan. Itu semata agar menarik dan lebih digandrungi publik. Modal suara indah saja tidak cukup, kurang menjual, dan tak laku.

Penyanyi memiliki tugas penting, yakni melagukan lirik, agar pesan lirik itu sampai kepada penonton. Apabila lagunya bertema kesenangan, kebahagiaan, dan semangat, maka liriknya berkisah tentang hal yang sama. Membuat penonton dapat merasakan dan menghayati tiap-tiap kata yang dinyanyikan itu. Dengan demikian, tugas seorang penyanyi adalah menyampaikan pesan teks (lirik) kepada penonton.

Sementara dalam pementasan wayang tugas sinden tidak demikian. Kendatipun ia berada dalam lingkungan kelompok musik (karawitan), tugasnya berbeda dengan penyanyi. Sinden tidak menjadi pusat perhatian dalam pertunjukan gamelan. Ia tak berdiri, tetapi duduk selayaknya musisi gamelan lainnya. Kedudukannya sama atau seimbang dengan instrumen musik lainnya. Ia tidak lebih tinggi ataupun lebih rendah.

Dalam pementasan wayang, sinden tak harus cantik karena ia tak selalu menjadi fokus sajian (gending), yang dipertimbangkan adalah keterampilannya dalam mengolah alur melodi sindenan. Dan, lebih penting lagi, ia tak memiliki kewajiban dalam menyampaikan pesan lirik sindenannya kepada penonton.

Hal itu terjadi karena teks lirik sindenan menggunakan bahasa Jawa yang kompleks, dengan makna yang berlapis-lapis, penuh dengan aturan-aturan formal (karya sastra; guru lagu, guru wilangan, dan lain sebagainya). Bahkan, sinden sendiri sering kali tidak mengerti arti dan makna yang disenandungkan.

Dengan demikian, tugas sinden adalah menyuarakan teks lirik, bukan menyampaikan. Menyuarakan berarti semata menyenandungkan. Sinden tidak memiliki tanggung jawab lebih apakah pesan dalam teks liriknya itu sampai, diterima, dan dipahami penonton atau tidak.

Sementara jika penyanyi sebaliknya, ada tanggung jawab untuk menyampaikan pesan agar diterima penonton dengan mudah. Tidak jarang kemudian para penyanyi itu mengajak penonton menyanyi bersama-sama. Itu karena penonton mengerti dan memahami bangunan bahasa beserta artinya dalam lirik yang disenandungkan.

Sinden tentu saja tidak dapat melakukan itu. Dengan demikian, sinden sebenarnya adalah ”instrumen musik gamelan” yang cara penyajiannya dengan vokal. Itu setara dengan instrumen kendang ataupun demung yang cara penyajiannya dengan ditabuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun