Selanjutnya sebelum diadakannya acara reuni 212, ijtima ulama II yang digagas oleh ulama-ulama yang tergabung didalam aksi 212 mengeluarkan fatwa dukungannya terhadap pasangan Prabowo-Sandi.Â
Hal ini ditegaskan oleh ketua persaudaraan alumni 212, setelah ditandatanganinya pakta integritas. Hal ini mengutkan persepsi ditengah masyarakat bahwa memang gerakan ini adalah gerakan sosial keagamaan yang disusupi oleh gerakan politik praktis.
Dan tidak menutup kemungkinan juga sang petahana bapak Joko Widodo memilih K.H. Ma'ruf Amin sebagai pasangannya dalam menghadapi kontestasi 2019 nanti juga untuk mendulang dukungan dari massa umat islam terutama kalangan NU.
Selain itu, dapat kita tarik fakta historis yang terjadi setelah kerusuhan aksi tanggal 4 November 2016 lalu, kala itu masa memaksa ingin bertemu presiden Jokowi yang diketahui beliau sedang tidak berada di Jakarta. Lalu kerusuhan terjadi hingga akhirnya perwakilan masa ditemui oleh wapres Jusuf Kalla.
 Setelah hal ini terjadi keesokan harinya presiden Jokowi langsung menemui PBNU dan Muhammadiyah, karena ketika itu telah menyebar persepsi negatif dikalangan masyarakat bahwa Presiden Jokowi anti islam, antek PKI, keturunan cina, dsb.
Dari fakta-fakta yang terjadi belakangan ini dapat disimpulkan bahwa kedua capres dan cawapres yang akan berkompetisi dikontestasi pilpres 2019 nanti sedang memperebutkan suara umat islam. Segala cara dilakukan mulai dari mendadak menjadi ustad, mengunjungi pondok pesantren dan yang lebih mengenaskannya lagi mempolitisasi agama untuk kepentingan pribadi.
Ahmad Maulana
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H