Kapitalisasi adalah proses di mana ekonomi dan kekayaan berfokus pada pengumpulan modal oleh
individu, perusahaan, atau negara, sering kali dengan cara yang mengutamakan profitabilitas dan
ekspansi bisnis tanpa memperhitungkan dampak sosial dan lingkungan secara menyeluruh. Dalam
konteks Indonesia, kapitalisasi ini semakin meluas dengan pesatnya pertumbuhan sektor-sektor
seperti pertambangan, perkebunan, industri manufaktur, serta pembangunan infrastruktur. Meskipun
kapitalisasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, dampaknya terhadap
masyarakat miskin sering kali sangat merugikan. Dalam buku Ilmu Sosial Dasar karya Dr. Beni
Ahmad Saebani, Masyarakat mengalami impitan ekonomi karena gelombang pemutusan hubungan
kerja sebagai akibat sistem pekerjaan yang berubah ubah dikarenakan hal yang tidak diinginkan
terjadi, Hal ini menimbulkan kemiskinan yang berimplikasi pada penghidupan lainnya.
Artikel ini akan membahas dampak kapitalisasi terhadap masyarakat miskin di Indonesia, dengan
menyoroti bagaimana proses ini memperburuk ketidaksetaraan sosial, memperburuk kondisi
kehidupan mereka, dan menghambat upaya untuk mengurangi kemiskinan di negara ini.
1. Marginalisasi dan Penggusuran Komunitas Lokal
Salah satu dampak terbesar dari kapitalisasi terhadap masyarakat miskin adalah penggusuran dan
marginalisasi komunitas lokal, terutama di daerah pedesaan dan pinggiran kota. Kapitalisasi sering
kali dilakukan dalam bentuk ekspansi proyek-proyek besar seperti perkebunan kelapa sawit,
tambang batu bara, atau pembangunan infrastruktur yang melibatkan pengambilalihan tanah-tanah
yang sebelumnya dikelola oleh komunitas lokal.
Contoh nyata dari hal ini adalah proyek perkebunan kelapa sawit di Kalimantan dan Sumatra.
Masyarakat adat yang sebelumnya menggantungkan hidupnya pada pertanian tradisional atau
berburu di hutan, tiba-tiba kehilangan akses ke sumber daya alam yang menjadi mata pencaharian
mereka. Penggusuran paksa ini sering kali tidak disertai dengan kompensasi yang memadai,
sehingga banyak dari mereka terpaksa berpindah ke tempat yang lebih jauh atau hidup dalam
kemiskinan yang lebih dalam. Ketidakadilan ini memperburuk ketimpangan sosial, di mana mereka
yang telah kehilangan tanah atau hak atas sumber daya alam menjadi semakin terisolasi dari akses
ke ekonomi modern.
2. Peningkatan Ketimpangan Ekonomi
Kapitalisasi mendorong konsentrasi kekayaan pada segelintir individu atau perusahaan besar,
sementara sebagian besar masyarakat, terutama yang berada dalam lapisan bawah ekonomi, tidak
merasakan manfaatnya secara signifikan. Di Indonesia, sektor-sektor ekonomi yang paling
berkembang---seperti industri minyak dan gas, pertambangan, dan perkebunan---sering kali
dikuasai oleh perusahaan besar dan asing yang lebih mengutamakan keuntungan jangka pendek
daripada kesejahteraan masyarakat.
Kesenjangan pendapatan yang semakin lebar adalah salah satu dampak nyata dari kapitalisasi ini.
Mengutip dari buku Ilmu Sosial Dasar karya Dr. Beni Ahmad Saebani "Penghargaan terhadap
masyarakat kepada individu diukur oleh kekayaan seseorang" Sementara kelas atas semakin
menguasai kekayaan negara, masyarakat miskin tetap terperangkap dalam kemiskinan struktural
diperburuk oleh minimnya akses mereka terhadap pendidikan berkualitas, pelayanan kesehatan, dan
peluang kerja yang layak. Data Bank Dunia menunjukkan bahwa meskipun Indonesia mengalami
pertumbuhan ekonomi yang stabil, angka kemiskinan di daerah-daerah tertentu, seperti Nusa
Tenggara Timur dan Papua, tetap tinggi dan sulit untuk diturunkan.
3. Keterbatasan Akses terhadap Sumber Daya Alam
Kapitalisasi juga berkontribusi pada pengelolaan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan.
Banyak masyarakat miskin yang menggantungkan hidupnya pada sumber daya alam seperti lahan
pertanian, hutan, atau perikanan. Namun, dengan masuknya perusahaan-perusahaan besar yang
mengelola sumber daya alam tersebut untuk tujuan profit, akses masyarakat terhadapnya semakin
terbatas.
Contohnya, dalam industri pertambangan, kawasan-kawasan yang kaya akan sumber daya mineral
sering kali dikelola oleh perusahaan besar yang menguasai tanah tersebut. Hal ini mengakibatkan
penurunan kualitas lingkungan dan merusak ekosistem yang mendukung kehidupan masyarakat
miskin, terutama mereka yang bergantung pada pertanian subsisten. Ketika perusahaan-perusahaan
ini memperoleh izin untuk menambang, mereka sering kali tidak memperhatikan dampak
lingkungan jangka panjang, yang justru merugikan masyarakat sekitar.
4. Eksploitasi Tenaga Kerja dan Kondisi Kerja yang Buruk
Di sektor-sektor yang dikuasai oleh kapitalisasi, seperti pertambangan, perkebunan kelapa sawit,
dan tekstil, banyak perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja dengan upah rendah dan dalam
kondisi kerja yang buruk. Masyarakat miskin sering kali menjadi sasaran utama dalam hal ini,
karena mereka adalah kelompok yang paling rentan dan tidak memiliki banyak pilihan pekerjaan.
Eksploitasi tenaga kerja ini menyebabkan mereka tidak hanya terperangkap dalam siklus
kemiskinan, tetapi juga menderita akibat rendahnya kualitas hidup.
Sebagai contoh, pekerja di perkebunan kelapa sawit sering kali bekerja dalam kondisi yang sangat
buruk, dengan upah yang sangat rendah dan tanpa jaminan sosial yang memadai. Mereka juga
sering bekerja dalam jam panjang dan dengan tekanan untuk mencapai target produksi yang tinggi.
Hal ini memperburuk kualitas hidup masyarakat miskin yang tidak memiliki akses ke pendidikan
dan pelatihan keterampilan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
5. Dampak Sosial dan Kesehatan
Kapitalisasi juga mempengaruhi kesejahteraan sosial dan kesehatan masyarakat miskin. Proyek-
proyek besar sering kali membawa dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat, terutama di
daerah-daerah yang terpapar polusi udara, air, dan tanah akibat kegiatan industri. Masyarakat
miskin, yang umumnya tidak memiliki akses yang baik terhadap layanan kesehatan, sering kali
menjadi korban dari kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh eksploitasi sumber daya alam.
Di wilayah pertambangan atau perkebunan kelapa sawit, misalnya, polusi yang dihasilkan oleh
aktivitas industri dapat menyebabkan gangguan kesehatan jangka panjang bagi masyarakat sekitar.
Keterbatasan akses ke fasilitas kesehatan mempersulit mereka untuk mendapatkan perawatan medis
yang dibutuhkan. Hal ini semakin memperburuk kemiskinan, karena biaya pengobatan yang tinggi
membuat mereka semakin terperangkap dalam siklus kemiskinan.
6. Solusi dan Upaya Perbaikan
Untuk mengatasi dampak kapitalisasi terhadap masyarakat miskin, beberapa langkah perlu diambil:
* Peningkatan Keadilan Sosial: Pemerintah harus memastikan bahwa proyek-proyek besar
yang melibatkan pengelolaan sumber daya alam memberikan manfaat yang merata untuk
masyarakat, termasuk dengan memberikan kompensasi yang adil bagi mereka yang
terdampak.
* Penguatan Hak atas Tanah: Masyarakat adat dan petani lokal perlu diberi perlindungan
hukum untuk hak atas tanah mereka, sehingga mereka tidak mudah tergusur oleh proyek-
proyek kapitalisasi.
* Perbaikan Kesejahteraan Pekerja: Pemerintah dan perusahaan harus bekerja sama untuk
meningkatkan kondisi kerja di sektor-sektor yang terpengaruh oleh kapitalisasi, dengan
memastikan hak-hak pekerja dihormati dan mendapatkan upah yang layak.
* Pendidikan dan Keterampilan: Meningkatkan akses pendidikan dan pelatihan
keterampilan untuk masyarakat miskin agar mereka bisa memperoleh pekerjaan yang lebih
baik dan keluar dari kemiskinan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI