Kota Cilegon adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Banten, Indonesia, di bagian barat Pulau Jawa, tepatnya di tepi Selat Sunda. Dikenal sebagai "Kota Baja," Cilegon memiliki industri baja yang signifikan, terutama Krakatau Steel, yang merupakan salah satu perusahaan milik negara terbesar di Indonesia. Kota ini resmi menjadi kota otonom pada 27 April 1999, setelah sebelumnya berstatus sebagai kota administrative.
Kota Cilegon memiliki luas wilayah sekitar 175,50 km dan diperkirakan memiliki populasi sekitar 450.510 jiwa pada tahun 2023. Kota ini terbagi menjadi 8 kecamatan dan 43 kelurahan, dengan kepadatan penduduk mencapai 2.304 jiwa/km.
Cilegon pertama kali muncul sebagai kampung kecil di bawah kekuasaan Kesultanan Banten pada tahun 1651, tepatnya pada masa Sultan Ageng Tirtayasa. Saat itu, daerah Cilegon masih berupa rawa yang belum banyak ditempati orang. Pembukaan daerah Serang dan Cilegon sebagai persawahan dan jalur perlintasan antara Pulau Jawa dan Sumatra menyebabkan banyak pendatang datang dan menetap di sana, sehingga masyarakat Cilegon menjadi heterogen dan berkembang pesat.
Setelah kolonial Belanda menguasai daerah tersebut, Cilegon dibentuk sebagai Distrik Cilegon pada tahun 1816 di bawah Keresidenan Banten di Kota Serang. Rakyat Cilegon ingin membebaskan diri dari penindasan penjajahan Belanda, dan salah satu pemberontakan tercatat pada tanggal 9 Juli 1888, dikenal sebagai Geger Cilegon. Kota Cilegon terdiri dari 8 kecamatan dan 43 kelurahan. Kali ini saya akan mencerintakan bagaimana sejarah dan perkembangan wilayah Jombang Kota Cilegon.
Jombang adalah sebuah kecamatan di Kota Cilegon, Provinsi Banten, Indonesia. Kecamatan ini berbatasan dengan beberapa wilayah, terdiri dari Sebelah Utara (Kecamatan Purwakarta dan Kabupaten Serang), Timur (Kabupaten Serang), Selatan (Kecamatan Cibeber), Barat (Kecamatan Cilegon). Kecamatan Jombang dipimpin oleh Camat Agus Ariyadi. Jombang Wetan memiliki luas wilayah 135.7223 Ha dan batasan-batasan geografis yang spesifik. Di lingkungan telu, awalnya hanya ada perkebunan dan tiga rumah milik H. Hasbulloh, Arifudin, dan H.surip. Masyarakat lokal dimanfaatkan sumur adem (Suka Cai) untuk usaha jualan air bersih. Sumur adem ini digunakan umum dan banyak tokoh agama yang singgah untuk memberikan ajaran agama. Sumur adem ini biasa masyarakat yang status ekonominya menengah ke bawah dimanfaatkan untuk usaha jualan air bersih dengan drigen lalu dijualnya di lingkungan sendiri maupun lingkungan tetangga. Sumur adem ini digunakan untuk umum, siapapun yang ingin mengambilnya diperbolehkan dan sampai saat ini sumur adem masih dimanfaatkan oleh warga sekitar.Â
Meski sudah puluhan tahun, sumber air yang disebut sumur adem ini masih tersedia dengan air yang melimpah dan jernih, sehingga banyak digunakan untuk mandi, mencuci pakaian dan minum karena rasanya enak dan terasa berbeda dari sumur-sumur yang lain. Fakta lain ada yang menyatakan air sumur adem ini bisa langsung dikonsumsi tanpa direbus dahulu dan tanpa menyebabkan sakit perut. seiring berjalannya waktu, banyak tokoh agama yang singgah di lingkungan Telu ini dan memberikan ajaran pemahaman tentang agama yang semestinya. Masyarakat mulai rutin melakukan hadroh, atau sholawatan di masjid dan di tampilkan pada setiap event hari besar islam atau acara syukuran pernikahan. Hadroh yang awalnya dilakukan oleh para pemuda, kini lebih sering dilakukan oleh ibu -- ibu. Sedangkan para pemuda yang pada zaman modern ini lebih banyak melakukan kegiatan diluar lingkungan dan bermain gadget. Selain itu, bapak - bapak dan para pemuda lingkungan telu ini juga rutin mengadakan dzikir bersama di masjid setiap malam jum'at.
Perkebunan dan pesawahan yang dahulu tumbuh subur dan luas, perlahan kini mulai terkikis habis dan menjelma menjadi perumahan yang padat. Tidak ada lagi lahan untuk bertani dan tidak ada lagi lapangan yang dapat digunakan untuk anak-anak bermain. Hanya tersisa beberapa petak sawah di belakang perkampungan. Rofesi yang dahulu mayoritas adalah petani, sekarang menjadi pedagang dan banyak pendatang yang bekerja di pabrik dan perusahaan-perusahaan yang menghabiskan banyak waktunya di luar. Tidak seperti dulu yang banyak menghabiskan waktu di sekitaran rumah dan banyak bersosialisasi dengan seuruh warga lingkungan Telu.
Pengadilan Agama Cilegon merupakan Pengadilan Agama termuda di wilayah PTA Banten yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 62 tahun 2002 tanggal 08 Agustus 2002 Tentang Pembentukan Pengadilan Agama Cilegon dan Pengadilan Agama lainnya. Keputusan Presiden ini ditindaklanjuti dengan keluarnya Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2003 tanggal 17 Januari 2003 tentang Pembentukan Sekretariat Pengadilan Agama Cilegon. Berdirinya Pengadilan Agama Cilegon tidak lain merupakan konsekuensi dari pemekaran Kabupaten Serang sehingga kemudian terbentuk Kota Cilegon berdasarkan Undang-undang Nomor 15 tahun 1999. Sebelum berdirinya Pengadilan Agama Cilegon, warga masyarakat beragama Islam yang berdomisili di Cilegon mengajukan perkara mereka ke Pengadilan Agama Serang.
Perkembangan ekonomi di Jombang, Kota Cilegon, telah mengalami transformasi signifikan dari masa ke masa, dipengaruhi oleh berbagai faktor industri dan kebijakan pemerintah. Kota Cilegon, yang dikenal sebagai "Kota Baja," mulai berkembang pesat sejak berdirinya Pabrik Baja Trikora pada tahun 1962, yang kemudian menjadi Krakatau Steel. Perkembangan industri ini mengubah struktur ekonomi lokal dari agraris menjadi industri, dengan banyak penduduk beralih dari pertanian menjadi buruh industri dan pedagang. Cilegon awalnya merupakan kota administratif di bawah Kabupaten Serang hingga ditetapkan sebagai kota otonom pada 27 April 1999. Perubahan status ini memungkinkan pengelolaan yang lebih baik terhadap sumber daya dan potensi ekonomi lokal. Data yang terbaru menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Cilegon mencapai sekitar 450.510 jiwa dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 78,24. Persentase penduduk miskin tercatat rendah, hanya 3,98%, sementara tingkat pengangguran terbuka mencapai 7,25%. Pembangunan infrastruktur dan industri telah meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta memperluas lapangan pekerjaan. Namun, perubahan ini juga menyebabkan konversi lahan pertanian menjadi area industri dan perdagangan.
Sektor ekonomi di Cilegon didominasi oleh industri pengolahan, terutama listrik, gas, dan air bersih, yang memiliki Location Quotient (LQ) tertinggi. Selain itu, sektor perdagangan dan jasa juga menunjukkan pertumbuhan positif. Di sini juga terdapat sejumlah wisata yang dekat dari jombang cilegon yang hits di kalangan wisatawan seperti :