Mohon tunggu...
AHMAT SOFIRIN
AHMAT SOFIRIN Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa

Khusus share informasi tentang dunia perkuliahan dan organisasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hari Literasi Internasional Masih Berlanjut Namun Minat Baca Masih Luput

18 Desember 2024   23:23 Diperbarui: 18 Desember 2024   23:23 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ABSTRAK 

Hari Literasi Internasional yang ditetapkan UNESCO sejak 8 September 1967 menjadi pengingat pentingnya literasi dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat global. Namun, fakta menunjukkan bahwa minat baca, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia, masih berada pada tingkat yang memprihatinkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang menghambat pengembangan literasi, seperti rendahnya kompetensi guru, lemahnya sistem pendidikan, dan keterbatasan sumber daya, termasuk akses terhadap bahan bacaan yang relevan. Selain itu, studi ini juga mengevaluasi efektivitas strategi literasi yang telah diterapkan, seperti pelatihan kompetensi guru, inovasi pembelajaran berbasis digital melalui program Let's Read, serta integrasi literasi dalam kurikulum pendidikan dasar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya minat baca berkorelasi langsung dengan kurangnya pendekatan literasi yang holistik dan berkelanjutan. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya yang lebih masif dan terarah untuk mengoptimalkan program literasi agar relevan dengan kebutuhan siswa dan masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dalam mendukung kebijakan literasi yang efektif, khususnya di negara-negara berkembang, serta memperkuat makna Hari Literasi Internasional sebagai momentum strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia global.

Kata Kunci: Literasi, Minat Baca, Kompetensi Guru

 

PENDAHULUAN

            UNESCO sejak tanggal 8 September 1967 menetapkan sebagai hari Literasi Internasional. Setiap negara berperan penting dalam kemajuan pendidikan serta perbaikan mutu pendidikannya. Budaya literasi yang ada bahkan sudah menjadi pembiasaan masih belum menjadi jawaban akan kesenjangan terhadap minat baca yang ada. Meskipun data bicara sekitar 80 % tingkat literasi menjadi rata-rata di seluruh dunia (Roser dan Esteban, 2024). Hal ini hanya ada di beberapa negara dan di sebagian negara masih terjadi permasalahan yang sama yakni masih minimnya minat baca.

Merujuk pada Wildova (dalam Mitasari, 2017) yang menyatakan bahwa seseorang jika memiliki keterampilan linguistik membaca dan menulis sejak dini dapat dinyatakan bahwa mereka memiliki kemampuan literasi yang baik. Jika kita fokus ke makna minat membaca adalah kekuatan yang mendorong anak agar mereka tertarik, memperhatikan dan senang pada kegiatan membaca sehingga mereka mau melakukan kegiatan membaca atas kemauan sendiri (Hendrayanti, 2018). Maka perlu upaya dalam mendorong keterkaitan tersebut dikarenakan kemauan individu akan menjadi penghambat dalam kemampuan membaca.

Jika merujuk dari berbagai sumber yang ada dinegara-negara berkembang memiliki faktor yang hampir sama sebagai penyebab rendahnya minat baca pada anak sekolah. Mulai dari faktor literasi yang sejak awal tidak ada bahkan tidak dimulai yang seharusnya hal ini sudah ditanamkan sebelum sekolah dasar ataupun kalau terpaksa di awal kelas rendah (Lukman dkk, 2021). Rendahnya kecakapan dalam membaca yang terjadi di negara-negara berkembang ini termasuk Indonesia merupakan gambaran kualitas pendidikan dari negara (Galus, 2011).

Persoalan ini masih menjadi permasalahan yang cukup serius dikarenakan sudah banyak kajian yang meneliti dan telah banyak solusi yang diberikan. Namun, belum ada solusi yang masif dalam penanganan persoalan ini. Jika dilihat di Indonesia sebenarnya ada 3 poin yang menjadi penghambat kualitas penerapan literasi di sekolah-sekolah yaitu kompetensi guru, sistem pendidikan, dan sumber daya (Lukman dkk, 2021). Hal-hal seperti inilah yang jarang diperhatikan oleh pemerintah dan wajib menjadi prioritas bukan hanya di Indonesia tetapi semua negara.

Oleh karena itu, pada penulisan karya ini akan membahas terkait faktor penghambat kegiatan literasi, dan strategi apa saja yang sudah di terapkan untuk mengatasi rendahnya minat baca. Terlebih lagi akan membahas makna hari Literasi Internasional hanya sebagai simbol perayaan atau ada makna tertentu yang harus dilaksanakan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan kebermanfaatan bagi pembaca. Selain itu, penulis juga ingin mengkaji bagaimana makna hari Literasi Internasional terhadap kecakapan minat baca terutama pada anak sekolah dasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun