Sebab itulah tidak mengherankan jika anak-anak kota yang ibunya pekerja sampai lupa dengan anak akan melahirkan sesuatu yang sangat fatal menurut saya. Anak sebaliknya akan tidak peduli dengan orang tua, tidak mau mendengarkan kata-kata atau nasehat orang tua menjadikan anak tesebut durhaka ataupun sebaliknya orangtua durhaka kepada anak. Kata durhaka kepada anak perlu saya jelaskan, anak adalah titipan Tuhan yang mesti dirawat dan diberi kasih sayang, ketika seorang anak tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua dan cenderung dizalimi oleh orang tua tentunya juga orang tua durhaka kepada anak lebih-lebih kepada Tuhan yang menitipkan anak tersebut.
Saya sendiri heran dewasa ini banyak sekali cerita seorang anak membunuh ibu atau bapaknya ataupun sebaliknya orang tua membunuh anaknya, sebenarnya apa dan bagaimana pikiran mereka hingga setega itu?
Saya pernah mendengar bahwa jika orang memakan barang yang haram yang pada dasarnya bukan haknya, makanan yang menjadi darah dan daging tersebut akan berpengaruh kepada orang yang memakannya. Orang tesebut akan cenderung melakukan hal-hal yang tidak terpuji karena ada sesuatu yang haram yang masuk dalam tubuhnya. Saya analogikan seperti ini jika ada orang tua yang mencari nafkah dan nafkah tesebut secara prosesnya tidak didapatkan secara sah/ halal kemudian nafkah tersebut dimakan orang tua dan anaknya maka tidak mengherankan jika keluarga tersebut akan cenderung kurang harmonis kehidupannya tidak tentram dan mudah emosi, ada saja masalah yang timbul. Kemudian saya berfikir anak-anak pejabat atau sejenisnya yang melakukan korupsi sampai milyaran tersebut dan hasil korupsi tersebut masuk ke dalam tubuh (dimakan) tidak menutup kemungkinan keluarga mereka lambat laun banyak masalah dan keluarga cenderung kurang nyaman dikeluarganya sendiri, dibuktikan dengan banyaknya pejabat yang selingkuh seperti kasus pe-dangdut Maria Eva dengan pejabat anggota DPR RI yang sempat geger karena video pornonya tesebar di internet.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H