Mohon tunggu...
Ahmad Zuhdi
Ahmad Zuhdi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang

Hobi bermain sepakbola, menyanyi dan menggambar

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menjadi yang Tak Diinginkan Part I

30 September 2024   23:14 Diperbarui: 1 Oktober 2024   02:21 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Tak tahu harus memulainya dari mana. Beberapa orang akan berfikir, judul yang aneh. Disaat sebagian besar orang ingin dikenal dan diperebutkan. Tapi sebaliknya, diri ini hanya ingin menjadi yang tak diinginkan.

Sebagai anak pertama dan laki-laki, tanggungjawab yang diemban tidaklah mudah. Segala macam tuntutan akan datang seiring berjalannya waktu. Mulai dari menjaga citra, menjadi contoh, tahan banting dan berbagai hal lainnya. Terlihat seperti mengeluh ? Mungkin. Begini alasannya.

Di usia kurang lebih 5 setengah tahun, saya telah terpisah dengan orang tua untuk belajar di Pondok Pesantren As - Syafi'iyah Sukabumi. Sekitar 6 tahun lamanya. Saya jalani dengan amat sangat baik. Beberapa bukti masih berada disana tentang segala prestasi, baik di dalam sekolah maupun ketika adu kemampuan dengan sekolah lain. Baik dalam kategori ilmu eksak ( contoh, IPA, matematika) maupun olahraga.

Menjadi juara umum bukanlah hal mudah, bagi orang lain. Tapi selama 6 tahun disana, saya tidak mengenal penurunan prestasi. Membanggakan ? Mungkin bagi orang tua. Bagi saya, itu semua hambar, walaupun tidak ada yang bertanya tentang perasaan saya.

Setelah 6 tahun, diputuskan bahwa saya harus bersekolah di Jakarta, agar dekat dengan orang tua. Dan untuk mengatasi kebosanan akan prestasi, saya memutuskan untuk jadi sebaliknya. Walaupun pada akhirnya tetap berada di peringkat 5 besar, dari semua murid di sekolah. Tapi ada perubahan, orang tua saya mulai peduli. Bukan dalam hal yang saya harapkan, tapi banyak pertanyaan yang tidak mungkin saya jawab jujur alasannya.

3 tahun terkahir di sekolah menengah, saya putuskan untuk lebih buruk. Setidak-tidaknya dari 7 hari waktu sekolah, saya bersekolah 2 hari. Tinggal kelas ? Tidak akan. Selama acuannya nilai ujian, saya tidak akan gagal. Dan akhirnya efek dari keputusan saya meluas. Kali ini bukan orang tua saja yang marah, melainkan hampir seluruh keluarga. Dan saya mulai yakin akan sesuatu. Semua orang akan diam, selama saya memenuhi ekspektasi mereka.

Setahun setelah lulus, saya putuskan tidak mau kuliah. Padahal, saya lulus Simak UI, Jurusan Ekonomi Islam. Tanpa saya beritahu siapapun. Dan sebagaimana yang diperkirakan, semua orang mengeluarkan kata-kata mutiara andalannya. Bicara tentang bagaimana saya sia-siakan kemampuan saya. Dan sebenarnya tahun berikutnya saya berencana kuliah.

Saya putuskan untuk mencoba mendaftar di Universitas Brawijaya dan UGM. Tapi, orang tua saya hanya mau saya masuk UIN, jurusan Ekonomi Syariah. Dan sebagaimana sebelumnya, perkara mudah. Saya masuk Ekonomi Syariah UIN, peringkat 7. Dan, respon orang tua ? "Ini baru anak kami".

Pada akhirnya, saya mulai menyadari. Orang-orang tidak peduli bagaimana proses atau caramu melakukannya. Ataupun bagaimana perasaanmu ketika meraihnya. Mereka hanya peduli pada hasil yang bisa menyenangkan perasaan mereka. Ketika kamu memiliki arti bagi orang lain, kamu diharuskan memenuhi berbagai ekspektasi mereka, apapun kondisinya. 

Menjadi yang tidak diinginkan merupakan hal yang saya inginkan. Karena dengan tidak diinginkan, saya dapat berusaha meraih apa yang saya cita-citakan, dengan cara yang saya mampu lakukan, dan dengan perasaan yang saya rasakan. Tanpa khawatir bagaimana pendapat orang lain akan kegagalan dalam berusaha menggapainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun