Indonesia memiliki beraneka ragam unsur budaya, suku, dan agama. Unsur-unsur tersebut sangat melekat dalam diri bangsa Indonesia. Melekatnya unsur agama dibuktikan dengan adanya enam agama yang diakui secara resmi oleh pemerintah, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.Â
Agama seringkali dihubungkan dengan tingkat religiusitas manusia. Kompleksnya pemikiran manusia terkadang membuat adanya miskonsepsi ketika mempelajari agama. Salah satunya adalah miskonsepsi mengenai edukasi seks.
Dilansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, edukasi seks merupakan pendidikan yang bertujuan memberi pengetahuan tentang seks, fungsi biologis kelamin, kehamilan, dan sebagainya.Â
Edukasi seks adalah hal yang sangat krusial dan tidak boleh dipisahkan dari kehidupan manusia, terlebih sejak dini. Sayangnya, edukasi seks seringkali dianggap  sebagai hal yang tabu dan tidak boleh dibahas secara terbuka oleh masyarakat yang mengalami miskonsepsi edukasi seks.Â
Dalam kehidupan manusia, edukasi seks erat kaitannya dengan berbagai hal, mulai dari konsep seks dan seksualitas, orientasi seks, kesehatan reproduksi dan seksual, kekerasan seksual, hingga pelecehan seksual. Seperti yang kita ketahui beberapa tahun terakhir, kasus kekerasan dan pelecehan seksual seringkali berseliweran di media.Â
Jumlah tersebut belum termasuk dengan kekerasan dan pelecehan yang belum dilaporkan atau tidak diketahui pihak lain. Korban kekerasan seksual tidak memandang umur karena bisa terjadi pada anak-anak hingga lansia.Â
Sebagian kasus kekerasan seksual terjadi karena minimnya pengetahuan pada korban. Hal tersebut seharusnya sudah jelas bahwa edukasi seks sangat diperlukan dan harus diajarkan sejak usia dini. Tidak boleh ada lagi yang menganggap bahwa edukasi seks adalah hal yang tabu selagi masih dalam ranah yang jelas dan tidak diselewengkan oleh oknum tertentu.Â
Edukasi seks dapat berjalan optimal jika seluruh elemen masyarakat berkontribusi, mulai dari pemerintah hingga keluarga. Pemerintah memiliki peran penting dalam edukasi seks, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama, dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak seharusnya berkolaborasi untuk membuat kebijakan adanya kurikulum edukasi seks sejak usia dini atau jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) agar mereka sudah mendapatkan wawasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dengan tetap menyesuaikan tingkatan pada masing-masing jenjang pendidikan.
Peran keluarga dalam edukasi seks juga tidak kalah penting. Salah satu fungsi keluarga adalah fungsi edukatif, di mana keluarga merupakan lingkungan yang paling utama dalam kehidupan seorang anak.Â
Dari kecil, seorang anak seharusnya mendapatkan pembelajaran nonformal terutama dari orang tuanya mengenai nama-nama bagian tubuh, nama organ reproduksi, kegunaan atau fungsinya, cara untuk menjaganya serta membersihkannya. Selain itu, orang tua perlu mengajarkan privacy dan mengenai sentuhan baik dan tidak baik, serta bagian tubuh mana yang boleh atau tidak boleh disentuh.
Ketika beranjak remaja, orang tua seharusnya menjadi pendamping dan pemantau edukasi seks. Orang tua seharusnya bisa menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman bagi anak agar bisa dianggap seperti teman curhat untuk membahas hal-hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas karena pada masa tersebut remaja sedang berada di masa yang labil sehingga berpotensi untuk mencoba suatu hal baru yang tidak diketahui sebelumnya.Â
Perilaku tersebut apabila tidak didampingi atau diarahkan ke hal yang positif dapat menimbulkan kemungkinan melakukan perilaku yang berbau negatif, seperti seks bebas dan pelecehan seksual.Â
Selain itu, pada masa ini, orang tua seharusnya menjelaskan bahwa edukasi seks bukanlah suatu hal yang tabu dan tidak boleh dibahas, namun perlu didiskusikan dan dibahas bersama apabila mengalami kebingungan atau terdapat permasalahan mengenai seks dan seksualitas.
Dari pemaparan di atas, dapat kita ketahui bersama bahwa edukasi seks merupakan suatu hal yang krusial dan sangat diperlukan dalam kehidupan manusia. Edukasi seks yang tepat sejak dini sedikit banyak dapat mengurangi kasus kesehatan reproduksi dan seksual, serta kekerasan dan pelecehan seksual. Mari bersama-sama ubah stigma masyarakat mengenai edukasi seks yang katanya tabu menjadi perlu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H