Mohon tunggu...
Zidan Novanto
Zidan Novanto Mohon Tunggu... Auditor - Investor

Tulisan tidak mencerminkan tempat penulis bekerja dan tidak mengatasnamakan institusi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrasi Transaksional

10 Desember 2024   09:31 Diperbarui: 10 Desember 2024   09:31 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn-brilio-net.akamaized.net/news/2019/03/21/161133/1009330-meme-politik-uang.jpg

Di tengah maraknya praktik politik uang dan janji-janji transaksional ini, penegakan hukum sering kali tampak tidak berdaya. Banyak kasus pelanggaran yang gagal diproses karena lemahnya bukti, celah regulasi, atau bahkan egosentrisme jabatan dalam lingkaran politik.

Namun, persoalannya tidak hanya berhenti pada hukum. Etika politik kita juga telah tergerus. Dalam masyarakat yang mulai memandang praktik seperti ini sebagai sesuatu yang "biasa," nilai-nilai moral yang seharusnya menjadi landasan demokrasi justru dipinggirkan. Ini adalah ancaman besar bagi keberlanjutan sistem politik kita.

Harapan di Tengah Kegelapan

Meski tantangan yang dihadapi demokrasi kita begitu besar, harapan belum sepenuhnya hilang. Pilkada 2024 dapat menjadi momen untuk merefleksikan kembali makna demokrasi yang sejati. Dibutuhkan tiga langkah penting untuk membangun kembali sistem yang bermartabat:

  1. Pendidikan Politik yang Kritis

Rakyat perlu dididik untuk memahami bahwa suara mereka bukan sekadar alat transaksional, tetapi bagian dari kedaulatan yang tidak ternilai harganya.

  1. Penegakan Hukum yang Tegas

Hukum harus mampu menindak pelanggaran tanpa pandang bulu. Tidak boleh ada ruang bagi politik uang atau tawaran jabatan dalam sistem demokrasi kita.

  1. Keadilan Ekonomi sebagai Fondasi

Pemerataan ekonomi adalah syarat mutlak untuk menciptakan kebebasan politik yang sejati. Ketika rakyat memiliki kemandirian ekonomi, mereka tidak lagi mudah dimanipulasi oleh kekuatan modal atau janji-janji kosong. Demokrasi yang diperjuangkan oleh para pendiri bangsa bukanlah sistem yang dapat dibeli dengan uang atau dimanipulasi dengan janji-janji. Demokrasi adalah sistem yang menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, dengan kebebasan yang sejati dan pilihan yang merdeka. Jika kita terus membiarkan praktik transaksional seperti ini berlangsung, maka kita bukan hanya mengkhianati cita-cita Bung Hatta, tetapi juga menggiring bangsa ini menuju jurang disintegrasi moral dan politik. Pilkada 2024 adalah contoh bagi kita semua. Apakah kita akan membiarkan demokrasi kita terus terjebak dalam lingkaran transaksional, ataukah kita akan bangkit untuk memperjuangkan sistem yang benar-benar berpihak pada rakyat? Perlu menjadi perhatian bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun