Teori attachment yang dikembangkan oleh John Bowlby pada tahun 1950-an menekankan pentingnya hubungan emosional yang kuat antara anak dengan figur pengasuh utama dalam kehidupan awal mereka, seperti orang tua. Bowlby mengusulkan bahwa anak-anak secara alami dilahirkan dengan kemampuan untuk membentuk ikatan emosional dengan pengasuh mereka sebagai bagian dari mekanisme biologis untuk memastikan kelangsungan hidup mereka. Bowlby menyatakan bahwa keterikatan ini berfungsi untuk menjaga kedekatan fisik antara anak dengan pengasuh mereka, yang pada gilirannya memberikan rasa aman dan perlindungan.
Mary Ainsworth, seorang psikolog perkembangan yang bekerja bersama Bowlby, memperluas teori ini dengan melakukan penelitian empiris yang mengidentifikasi berbagai pola attachment pada bayi. Ainsworth mengembangkan alat yang dikenal sebagai "Strange Situation Procedure" (Prosedur Situasi Aneh) yang digunakan untuk menilai jenis-jenis attachment yang dimiliki bayi terhadap pengasuh mereka.
Tahapan dan Jenis Attachment Menurut Ainsworth
Ainsworth mengidentifikasi tiga jenis attachment utama pada bayi yang berasal dari respons mereka terhadap perpisahan dan reuni dengan pengasuh utama dalam prosedur Strange Situation
1. Secure Attachment (Attachment Aman)
Bayi dengan attachment aman menunjukkan rasa percaya diri dan ketergantungan pada pengasuh mereka. Ketika pengasuh pergi, bayi akan merasa cemas, tetapi mereka merasa nyaman saat pengasuh kembali. Bayi ini menunjukkan bahwa mereka merasa aman dalam kehadiran pengasuh, dan mereka menggunakan pengasuh sebagai "tempat perlindungan" yang dapat memberi rasa aman ketika ada ancaman atau ketidakpastian.
Sebagai contoh, bayi dengan attachment aman akan merasa nyaman menjelajahi lingkungan saat pengasuh ada di dekatnya, tetapi mereka juga akan mencari dukungan pengasuh ketika merasa takut atau cemas.
2. Insecure-Avoidant Attachment (Attachment Menghindar)
Bayi dengan attachment menghindar menunjukkan sedikit reaksi terhadap perpisahan atau reuni dengan pengasuh. Mereka cenderung tidak mencari kenyamanan dari pengasuh ketika merasa cemas atau terancam. Biasanya, bayi dengan tipe ini menghindari interaksi fisik dengan pengasuh dan cenderung lebih fokus pada objek atau lingkungan sekitar mereka daripada pada pengasuh.
Pada bayi dengan attachment menghindar, ketidakterikatan ini mungkin disebabkan oleh pengasuhan yang kurang responsif atau kurang perhatian dari pengasuh yang membuat anak merasa bahwa pengasuh tidak dapat diandalkan dalam memberikan kenyamanan atau perlindungan.
3. Insecure-Ambivalent/Resistant Attachment (Attachment Ambivalen)
Bayi dengan attachment ambivalen atau resistent menunjukkan ketegangan emosional yang besar terhadap perpisahan dan reuni dengan pengasuh. Ketika pengasuh kembali, bayi cenderung marah atau kesal dan mungkin tidak merasa nyaman meskipun pengasuh telah hadir. Tipe attachment ini sering kali menunjukkan ketidakpastian dalam hubungan, karena bayi tidak tahu apakah pengasuh akan memberikan kenyamanan atau tidak.
Attachment jenis ini mungkin berkembang akibat pengasuhan yang tidak konsisten---di satu sisi, pengasuh merespons kebutuhan anak, tetapi di sisi lain, mereka tidak selalu hadir atau responsif saat dibutuhkan.
4. Disorganized Attachment (Attachment Terorganisir)
Pada beberapa anak, terutama yang mengalami pengasuhan yang sangat tidak konsisten atau trauma, muncul tipe attachment terorganisir yang menunjukkan perilaku yang membingungkan. Anak-anak dengan attachment ini mungkin menunjukkan perilaku yang tidak terduga, seperti mendekati pengasuh tetapi tiba-tiba mundur atau menunjukkan ketakutan terhadap pengasuh.
Tipe attachment ini sering kali terjadi pada anak-anak yang hidup dalam lingkungan yang penuh dengan kecemasan, kekerasan, atau trauma, dan mereka tidak tahu bagaimana cara menanggapi pengasuh mereka yang seharusnya memberi rasa aman.
Perkembangan Attachment dalam Kehidupan Awal Anak
Menurut Bowlby, attachment dimulai pada tahap pertama kehidupan dan berkembang melalui beberapa fase yang penting dalam kehidupan seorang anak. Pada fase pertama, yang disebut fase "pre-attachment" (sebelum keterikatan), bayi belum memiliki preferensi terhadap pengasuh tertentu dan menunjukkan respons emosional yang lebih umum terhadap orang-orang di sekitar mereka. Kemudian, pada fase "attachment in the making" (keterikatan yang sedang berkembang), bayi mulai menunjukkan preferensi terhadap pengasuh utama mereka, meskipun mereka masih bersikap ramah terhadap orang asing.
Pada tahap berikutnya, fase "clear-cut attachment" (keterikatan yang jelas), bayi mulai mencari kedekatan fisik dengan pengasuh mereka dan merasa cemas saat dipisahkan dari pengasuh tersebut. Ini adalah fase di mana attachment yang lebih kuat terbentuk, dan anak mulai mengembangkan rasa aman ketika pengasuh tersedia.
Akhirnya, pada fase "formation of a reciprocal relationship" (pembentukan hubungan timbal balik), yang biasanya terjadi pada usia sekitar 2 tahun, anak mulai mengembangkan pemahaman yang lebih besar tentang hubungan timbal balik dan kemampuan untuk mengatur perasaan mereka ketika terjadi perpisahan.
Pengaruh Attachment pada Kehidupan Dewasa
Teori attachment Bowlby dan Ainsworth menunjukkan bahwa pola attachment yang terbentuk pada masa bayi dan anak-anak memiliki dampak jangka panjang terhadap perkembangan emosional dan sosial. Attachment yang aman cenderung menghasilkan individu yang lebih mampu membentuk hubungan yang sehat dan stabil di masa dewasa. Sebaliknya, individu dengan attachment yang tidak aman mungkin menghadapi tantangan dalam membentuk hubungan yang stabil dan mungkin lebih rentan terhadap masalah emosional, seperti kecemasan dan depresi.
Pola attachment yang terbentuk pada masa kanak-kanak dapat memengaruhi cara seseorang berinteraksi dalam hubungan romantis, hubungan pertemanan, serta dalam kehidupan profesional. Individu yang mengalami attachment yang aman lebih cenderung memiliki rasa percaya diri yang tinggi, kemampuan untuk mengatasi stres, dan keterampilan sosial yang baik.
Penerapan Teori Attachment dalam Kehidupan Sehari-hari
Penerapan teori attachment dapat ditemukan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks keluarga, pendidikan, maupun masyarakat.
1. Pentingnya Pengasuhan yang Responsif
Dalam keluarga, pengasuhan yang responsif sangat penting untuk perkembangan attachment yang sehat. Orang tua yang sensitif terhadap kebutuhan emosional anak dan memberi perhatian yang konsisten dapat membantu anak membentuk attachment yang aman. Hal ini juga berlaku dalam peran pengasuhan oleh figur dewasa lain, seperti kakek nenek atau pengasuh.
2. Peran Sekolah dan Pendidikan
Di sekolah, anak-anak yang memiliki attachment aman dengan orang tua atau pengasuh lebih cenderung merasa nyaman dan percaya diri. Guru yang memahami teori attachment dapat menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak, di mana mereka merasa dihargai dan dapat berkembang secara sosial dan emosional.
3. Pentingnya Pengertian di Tempat Kerja
Di dunia profesional, pemahaman tentang attachment dapat membantu individu dalam membangun hubungan yang lebih baik dengan rekan kerja dan atasan. Individu dengan pola attachment yang aman cenderung lebih mudah beradaptasi dengan tantangan dan berinteraksi dengan orang lain dalam situasi yang penuh tekanan.
Kesimpulan
Teori attachment yang dikemukakan oleh John Bowlby dan Mary Ainsworth memberikan wawasan penting mengenai bagaimana hubungan emosional yang terbentuk pada usia dini memengaruhi perkembangan sosial dan emosional sepanjang hidup. Pengasuhan yang responsif dan pembentukan attachment yang aman sangat penting untuk perkembangan anak yang sehat, dan dampaknya dapat dirasakan hingga dewasa. Dengan memahami teori ini, kita dapat lebih bijaksana dalam menciptakan hubungan yang lebih sehat dan harmonis di berbagai konteks kehidupan, baik dalam keluarga, pendidikan, maupun dalam masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H