Awal mula aku katakan, Kita hanya manusia.
Kita mulai cerita ini dari sana, tentang bahwa kita hanya seorang manusia. Kita selalu meletakkan kesalahan sebagai favorit santapan, kita tau tapi tak pernah mau tau sebab kita hanya mendefenisikan kebenaran adalah diri kita sendiri meski itu sebuah kesalahan.
Kita hanya manusia, kita suka sekali merendahkan, tak peduli perasaan sebab yang terpenting bagi kita adalah sebuah puja dan puji, dimana kita adalah sang dewa, karena puncak milik kita dan hanya milik kita.
Kita hanya manusia, kita mau dimengerti dan tidak mau mengerti, sebab kesedihan kita adalah yang utama, tak peduli kesedihan orang lain, lagi-lagi karena hidup ini hanya milik kita.
Kita hanya manusia, kita mau dicintai hanya oleh orang yang kita cintai, tak peduli dengan yang mencintai kita, sebab sekalipun tak sudi kita menerima cinta yang bukan ingin kita, bahkan mendengarnya saja selalu menghindari kita, sebab bagi kita cinta bukanlah sebuah keikhlasan.
Lagi-lagi kita hanya manusia, seburuk apapun, kita tetap merasa yang terbaik, kenapa? Karena kita hanya manusia.
"Sungguh, manusia itu sangat ingkar, (tidak bersyukur) kepada Tuhannya." Q.S Al-Adiyat : 6.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H