Ditulis : Ahmad Zaki Dan Raden Rizki Abdullah, Mahasiswa UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG.
Perubahan perilaku dalam interaksi sosial masyarakat industri merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi. Menurut The Ecology Model of Health Behavior, perubahan perilaku sangat dipengaruhi oleh situasi lingkungan yang ada di sekitar masyarakat, termasuk lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara luas. Perubahan ini terjadi sebagai konsekuensi dari transformasi masyarakat tradisional menuju masyarakat modern yang berbasis industri.
Dalam konteks masyarakat industri, perilaku sosial mengalami perubahan yang signifikan karena adanya pergeseran nilai-nilai fundamental dalam kehidupan bermasyarakat. Herbert Marcuse menyebutkan bahwa masyarakat industri berada di bawah kekuasaan prinsip teknologi yang mencakup seluruh bidang kehidupan. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan orientasi dari yang sebelumnya bersifat komunal menjadi lebih individualistis, dari yang spiritual menjadi lebih rasional dan sekuler.
Perubahan perilaku dalam masyarakat industri memiliki dua sisi yang saling bertolak belakang namun harus dapat diseimbangkan, yaitu efisiensi dan humanitas. Di satu sisi, masyarakat industri dituntut untuk bekerja secara efisien, terstruktur, dan berorientasi pada hasil. Namun di sisi lain, aspek kemanusiaan tetap harus dijaga agar tidak terjadi degradasi nilai-nilai sosial yang dapat mengakibatkan munculnya berbagai permasalahan sosial.
Industrialisasi telah membentuk pola interaksi sosial yang khas, di mana waktu menjadi komoditas yang sangat berharga dan efisiensi menjadi prioritas utama. Hal ini tercermin dari karakteristik masyarakat industri yang lebih menghargai waktu, hidup serba cepat, memiliki jam kerja yang jelas, dan sistem kerja yang tersistematisasi. Kondisi ini menciptakan persaingan yang ketat dalam berbagai aspek kehidupan, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kualitas interaksi sosial.
Menurut Dr. Beni Ahmad Saebani, M.Si. dalam bukunya Ilmu Sosial Dasar,hlm 151 bahwa perubahan perilaku masyarakat industri merupakan konsekuensi logis dari proses industrialisasi yang mengubah tatanan sosial masyarakat. Yang menekankan bahwa masyarakat industri menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan Sistem nilai yang dianut di tengah arus modernisasi. Perubahan ini tidak hanya berdampak pada aspek ekonomi, tetapi juga mengubah cara masyarakat berinteraksi, berkomunikasi, dan memandang nilai-nilai sosial yang ada.
Dampak dari perubahan perilaku dalam masyarakat industri dapat dilihat dari beberapa aspek. Pertama, dalam aspek sosial, masyarakat cenderung menjadi lebih individualistis dan memiliki ikatan sosial yang lebih longgar. Kedua, dalam aspek ekonomi, terjadi pergeseran dari ekonomi berbasis pertanian ke ekonomi berbasis industri dan jasa. Ketiga, dalam aspek budaya, terjadi perubahan nilai-nilai tradisional menjadi nilai-nilai modern yang lebih pragmatis.
Untuk mencapai keseimbangan dalam perubahan perilaku masyarakat industri, diperlukan suatu proses adaptasi yang disebut dengan Stabilitas Sosial. Stabilitas Sosial ini penting untuk mencegah terjadinya disintegrasi sosial akibat perubahan yang terlalu cepat dan radikal. Dalam konteks ini, peran institusi sosial seperti keluarga, lembaga pendidikan, dan organisasi kemasyarakatan menjadi sangat penting sebagai penyeimbang antara tuntutan industrialisasi dan kebutuhan akan interaksi sosial yang sehat.
Masyarakat industri perlu mengembangkan mekanisme adaptasi yang memungkinkan mereka untuk tetap mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan di tengah tuntutan efisiensi dan produktivitas. Hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan sistem sosial yang mendukung keseimbangan antara kerja dan kehidupan sosial, seperti program-program pemberdayaan masyarakat, kegiatan sosial kemasyarakatan, dan pengembangan ruang-ruang publik yang memfasilitasi interaksi sosial.
Perubahan perilaku dalam interaksi sosial masyarakat industri merupakan suatu keniscayaan yang harus dikelola dengan bijak. Keseimbangan antara tuntutan industrialisasi dan kebutuhan akan interaksi sosial yang sehat menjadi kunci dalam menciptakan masyarakat industri yang tidak hanya produktif tetapi juga humanis. Dengan demikian, perubahan perilaku yang terjadi dapat menjadi katalis bagi terciptanya masyarakat industri yang lebih baik, bukan justru menjadi sumber permasalahan sosial baru.