Mohon tunggu...
Mas Zen
Mas Zen Mohon Tunggu... lainnya -

Nama lengkap ahmad zainul ihsan arif biasa dipanggil maszen. Mencoba menceritakan kehidupan yang dilihat oleh mata dan batin. Menulis apa yang diyakini untuk disharing. website

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bom Buku, Kudeta dan Purn Jenderal Sutanto

24 Maret 2011   15:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:28 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelaku aksi bom buku yang disebut-sebut sebagai modus terorisme baru hingga saat ini belum tertangkap. Aksi bom buku yang benar-benar berisi bahan yang bisa meledak hanya terjadi di empat lokasi di Jakarta. Namun aksi ini kemudian diikuti oleh aksi iseng serentak dengan meletakan kardus, buku dsb dengan pesan seolah-olah di dalamnya bom. Isu bom yang ternyata palsu disikapi oleh polisi gegana dengan sangat sigap dan tak ketinggalan pula media televisi meliputnya secara cepat.

Al hasil, isu bom yang dikaitkan dengan terorisme tersebut menjadi besar seperti bola salju. Apalagi isu bom buku tepat disaat tokoh Islam Abubakar Ba'asyir yang sering disebut-sebut sebagai tokoh teroris Indonesia sedang menghadapi masa pengadilan. Komplit sudah isu bom buku dikaitkan dengan isu teroris, bukan isu yang lain, seperti politik yang pernah disebut Ulil Absor Abdala yang sempat menjadi target bom buku.

Aksi bom buku yang belum jelas pelakunya itu, kini sengaja atau tidak sengaja saya tidak tahu (maklum hanya penonton awam :) telah dijadikan komoditas politik. Pertemuan purnawirawan jenderal yang kerap terjadi akhir-akhir ini dihubung-hubungkan dengan revolusi Islam. Lo, apakah istilah jenderal merah dan hijau belum juga lenyap sejak sang jenderal yang konon gemar bersolek bertahta 2 periode ini? Bukan main-main pula pertemuan purnawirawan jenderal-jenderal tersebut diisukan untuk kudeta sang purnawirawan jenderal SBY yang sedang bertahta. Isunya adalah purnawiran jendral akan kudeta dengan membawa label Islam yang di Indonesia sedang dilekatkan stempel label teroris.

Bukankah ini isu yang bombastis kawan blogger, lantas bagaimana menurut Anda? Sebuah awal isu yang bergulir dari aksi pelaku bom buku meloncat menjadi isu kudeta berlabel Islam. Isu pun bergulir terus, dan yang terkini dibicarakan sayup sayup adalah pembahasan rancangan undang-undang intelijen negara. RUU intelejen negara yang didalamnya intelijen mempunyai kuasa seperti polisi yang bisa menangkap, menggeledah dan menahan langsung. Hhmm sebuah adu kuasa apa lagi antara wewenang polisi dan intelejen negara, terkesan ada sesuatu yang overlapping. Belum lagi rancangan UU ini akan sangat menganggu aktivitas online kawan-kawan blogger baik yang suka mikrobloging ataupun blogging.

Aksi bom buku, kudeta dan RUU Intelejen Negara. Satu-satu dong bahasnya, bisa berabe lo dampaknya bagi rakyat kalau selalu berpikir induksi dalam mengurus negara. Bom buku terinduksi ke kudeta, induksinya diturunkan lagi menjadi Isu RUU Intelejen Negara. Wah, apa akibat paranoid ya cara berpikirnya? Bom Buku ke kudeta jangan-jangan takut kejadian gerakan rakyat yang menggulingkan rezim yang sah di timur tengah, apa mungkin ya. Aksi bom buku ke RUU Intelejen Negara cara berpikir induksi ini yang saya belum habis pikir, apa juga dasarnya paranoid ya?

Woooi kan ada Jenderal Polisi Sutanto. Dia kan yang gagah berani tuh dengan densus anti teror 88. Masak ga ingat sih pernah dapat penghargaan dari Amerika segala dan bisa bikin pak beye senyum lebar. Nah kemana aja pak jenderal sutanto ini selama menjabat sebagai kepala intelejen negara? Masak sih sudah ga jabat kepala polisi lagi ga bisa kerja sama untuk nangkep tuh pelaku bom buku. Apa gengsi ya kerjasama untuk nangkap teroris kakap dengan bom yang menewaskan ratusan orang dan membakar bangunan? Ini kan hanya bom buku pak tanto? Ga perlu lah minta kewenangan menahan pelaku sendiri, serahkanlah sama polisi yang pernah anda didik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun