Mohon tunggu...
Mas Zen
Mas Zen Mohon Tunggu... lainnya -

Nama lengkap ahmad zainul ihsan arif biasa dipanggil maszen. Mencoba menceritakan kehidupan yang dilihat oleh mata dan batin. Menulis apa yang diyakini untuk disharing. website

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ada Banyak Adji Suradji Lain

6 September 2010   19:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:24 1407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_251828" align="alignleft" width="250" caption="di unduh dari http://static-wear.com/blog/2009/11/to-write-love-on-her-arms/"][/caption] Masih teringat di Ingatan, ketika saya mengunjungi komplek asrama TNI AU April lalu di Jakarta. Kebetulan ada kerabat yang sedang tinggal di sana. 2 malam saya menginap di asrama yang dihuni oleh para perwira menegah TNI AU. Singkat cerita saya menjadi akrab dengan suasana dan penghuni di sana. Asrama TNI AU ini kalau digambarkan mirip suasana asrama yang mirip kos-kosan mahasiswa. Seorang kolonel pulang menenteng tas kresek kecil dengan motor bututnya. Di sapa seorang yuniornya, wah belanja neh kolonel. “Hhm, ya biasa, makan duit istri, habis belanja sayur mayur dari supermarket,” jawab sang kolonel sambil bernyayi lirih. “Siap, kolonel,” jawab sigap Yuniornya. Emang di kamar ada kompor, lanjut sang yunior bertanya. “Ada, kompor listrik, biar  duit istri ga kemakan terlalu banyak,” jawab kolonel tegas sambil lalu ngeloyor ke kamarnya. Siap selamat memasak, jawab santai junior. Hmm, TNI sekarang pandai masak ya, ucapku lirih. Ya begitulah de, kata seorang perwira menengah sarjana hukum, TNI sekarang tidak seperti dulu. Dulu sih enak ketika ada sekber jaman Soeharto, lanjutnya. Semuanya serba enak, jelasnya lagi, sama tak serupa dengan kini. “Dulu waktu jaman sekber ABRI mau secara sukarela membantu mobilisasi untuk Golkar,” kata perwira menengah yang pernah jadi koordinator sekber jaman soeharto. “Saya ga mau anak saya nanti jadi TNI,” keluhnya. Liat itu sambil menunjuk sebuah rumah petak dekat asrama, pegawai swasta, arsitek muda, udah berkendara BMW, kata perwira yang lain. “Enak dia bebas  berkarya dan menuangkan idenya sesuai hati nurani dia,” kata perwira yang sebetulnya mengagumi djoko susilo atasannya. TNI sekarang susah, terangnya, isinya tugas mulu, sudah ga bisa nyeper dan susah cari uang tip dari bos. Karena untuk menyelesaikan tugas, akunya, saya sering berjam-jam cari materi di internet. “Saya netter juga lo de, saya pembaca blog yang tak berani komentar,” katanya setelah mengetahui, saya penulis salah satu blog yang pernah di bacanya. Pak, pikiran Bapak kritis dan cermat, tanya saya, kenapa keahlian khusus bapak yang sudah S2, tidak dituangkan aja di kolom media. “Wah, belom berani pak, takut sama karir saya,” kata perwira yang mengaku kalau istrinya masih di pondok mertua indah. Wah kalau gitu, jawabku, nulis di blog aja pak kaya saya, pakai nama anonim. “Sementara, baca dulu dech dek, masih belum berani,” jawab perwira yang diam-diam mengangumi Jusuf Kalla Jangan takut pak, bapak punya kawan di keluarga besar TNI AU, jawabku menyemangati. “Kan ada Pak Chappy Hakim, siapa tahu nanti Pak Chappy bisa bantu promosiin Bapak sampai Jenderal,” jelasku. “Ya, saya tahu Pak Chappy aktif ngeblog, dia kan udah merdeka, seorang atasan saya yang pernah menduduki posisi top di TNI AU,” terannya. Saya sering, lanjutnya, menulis di media internal TNI, namun ya begitulah banyak yang normatif tanpa makna. “Itu semua demi menarik perhatian bos,” jawabnya dengan tertawa lebar. Hhm, bisa jadi bom waktu nech, kataku dalam hati. Bloom. Yah benar, sorakku ketika baca tulisan iskandar jet tentang Adji Suradji. Seorang pewira menengah yang sudah gatal menulis keadaan negeri ini yang compang-camping. Benar juga dech kata perwira TNI AU yang pernah dialog denganku, pasti teguran keras bakal didapati. Gimana nech Pak Chappy, bantu dong juniornya yang kritis-kritis ini biar bisa menulis secara bebas seperti Pak Chappy. Tulisan Kolonel Adji Suradji sudah press clear tuh kalau meminjam bahasa press. Tulisan yang tak ada kata celaan kepada pemimpinnya, hanya membandingkan dengan pemimpin sebelumnya. SBY tidak lebih baik dari pemimpin sebelumnya, seperti yang saya baca di kompas.com. Bisa jadi tulisan ini adalah sebuah keresahan setelah baca bukunya wisnu nugroha “Pak Beye dan Istananya. Hmm, lo kok kenapa harus login dulu ya untuk baca tulisan Kolonel Adji Suradji  di kompas.com   http://cetak.kompas.com/read/2010/09/06/03101393/pemimpin.keberanian.dan.perubahan Jadi makin banyak neh user yang baca kompas.com, mudah-mudahan saja nyasar ke kompasiana. Salam Resah keluarga besar TNI AU

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun