Mohon tunggu...
Mas Zen
Mas Zen Mohon Tunggu... lainnya -

Nama lengkap ahmad zainul ihsan arif biasa dipanggil maszen. Mencoba menceritakan kehidupan yang dilihat oleh mata dan batin. Menulis apa yang diyakini untuk disharing. website

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Jembatan Akar, Wisata Alam Kabupaten Pesisir Selatan

11 Maret 2010   13:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:29 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_91369" align="alignleft" width="300" caption="seorang wisatawan domestik berusaha mengabadikan panorama sungai bayang(foto: AZIA)"][/caption] Jembatan akar, potensi alam yang terletak 80 km selatan kota padang yang minim terjamah tangan-tangan pemerintah daerah pesisir selatan. Jalan menuju ke arah lokasi jembatan akar yang terbentuk dari dua buah akar pohon beringin yang telah berumur ribuan tahun memang telah beraspal. namun sayang, sepanjang perjalanan menuju salah satu keajaiban dunia yang terletak di lembah pegunungan pesisir selatan tak dijumpai fasilitas umum yang mewadai. Padahal daerah ini berpotensi dapat menarik wisatawan manca negara. Untuk menikmati keindahaan alam yang melingkungi lokasi wisata jembatan akar, tak cukup waktu hanya sehari. Karena tak dijumpai penginapan atau villa, kompasioner disarankan membawa tenda untuk bermalam. Sayang bila menikmati lingkungan alam yang ekosistemnya terjaga baik hanya dalam waktu sehari. Suasana lembah yang disekeliling terlihat hamparan sawah dan hutan heterogen sangat terasa. Suasana lembah yang dalam perjalanan sering terdengar gemiricik suara air yang segar yang berasal dari mata air danau kembar. Perjalanan air sungai yang panjang dan berkelok. Aliran air yang sebelumnya telah melalui empat air terjun bertingkat. Perbekalan yang cukup sangat diperlukan bila anda ingin menikmati wisata alam ini. [caption id="attachment_91371" align="alignright" width="225" caption="Kawan kantor Della Akhyar berusaha membuktikan mitos agar cepat dapat jodoh dengan berusaha duduk tepat di bawag jembatan akar (foto: AZIA)"][/caption] Jembatan akar yang dibawahnya mengalir sungai deras dan berbatuan besar memberikan sensasi kesegaran alam, dan keramahan alam terhadap manusia. Sayang bila ekosistem masih terjaga ini kelak tak dapat dinikmati generasi selanjutnya. Menikmati wisata alam ini percuma jika tidak tumbuh kesadaran untuk menjaga ekosistem. Dua buah pohon beringin berumur ratusan tahun akarnya membentuk jembatan yang menghubungkan dua desa yang terpisahkan aliran sungai deras selebar 30 meter. Konon beredar mitos, bila kita bisa duduk di bebatuan tepat dibawah jembatan akan cepat mendapat jodoh. Penasaran akan deras dan segarnya air yang mengalir di bawah jembatan akar, saya bertanya ke penduduk dimana, asal aliran air. Berapa penduduk menjawab aliran sungai ini mengalir jauh hingga ke air terjun bayang yang lokasinya 10 km ke arah selatan. Kontan, perjalanan wisata langsung dilanjutkan menyusuri jalan beraspal ke arah selatan. 1 km sebelum mencapai lokasi sudah terlihat air terjun yang lebar. Wow, ternyata air terjun tersebut tak jauh dari jalan beraspal dan tempat parkir kendaraan. Melihat air yang segar tak sabar melepas baju untuk segera berenang menikmati segarnya air pegunungan. "Eit, tunggu dulu," tungkas Della kawan kantor sambil memegang lengan saya. Kata penduduk, naik keatas lagi ada air terjun yang lebih indah. Akhirnya diputuskan untuk hiking menaikin pegunungan sejauh 1 km. Sampai di puncak trlihat bebatuan sungai besar-besar dengan aliran sungai yang deras. "Wah, ngacau lu della, mana air terjunnya," tanya saya penasaran. Tengok-kanan kiri sepanjang sungai yang deras, eh terlihat juga air terjunnya.Ya, nampak air terjun yang tinggi, untuk sampai ke lokasi harus menyusuri sejauh 100 meter sungai dengan bebatuan besar. Ada sensasi tersendiri untuk mencapainya. Kompasioner harus meloncat dan melangkahi bebatuan besar, sesekali harus menceburkan kaki sepaha untuk melewati derasnya air sungai bayang. sesampai ke lokasi air terjun kedua ini kompasioner bisa berteriak sekencang mungkin untuk melepas kepenatan aktifitas sehari-hari. jangan kuatir teriakan kompasioner tak akan terdengar karena derasnya suara air terjun bayang. Danau tumpahan air terjun tersebut sangat segar untuk dinikmati dengan berenang. sayang bila tak berenang di sini, ada mitos yang sudah berenang di sini bakal awet muda. Selain airnya sangat segar dan sejuk namun tak dingin sedingin air es. Awas jangan berenang ke tengah teriak kawanku. Pusaran arus airnya sangat kencang. Kompasioner dianjurkan berenang dan selalu berlindung d balik bebatuan besar agar tak terseret pusaran arus. Bila tetap menginginkan ke tengah, kompasioner harus dilengkapi life guard dan ban karet besar. Sayang, informasi ada air terjun di atasnya lagi dari dari penduduk tak bisa terdaki. Mengingat saya tak membawa persiapan perbekalan dan peralatan outdoor yang mewadai. [caption id="attachment_91452" align="alignnone" width="500" caption="diobok-obok airnya diobok-obok...awas ada ular, seorang kawan asik bermain air. (foto: AZIA)"][/caption] [caption id="attachment_91448" align="alignnone" width="500" caption="berenang di danau sambil berlindung di bebatuan agar tak terseret pusaran arus air"][/caption] [caption id="attachment_91441" align="alignright" width="500" caption="air terjun tingkat 2 yang bisa diliat dari jarak 100 meter dari puncak air terjun pertama (Foto: AZIA)"][/caption] [caption id="attachment_91428" align="alignnone" width="500" caption="waduh jarak 100 meter, kalau yang dilewati batu-batu terjal terasa jauh. "Hai saya udah di sini," teriakku "][/caption] [caption id="attachment_91419" align="alignnone" width="500" caption="akhirnya sampai juga dilokasi air terjun kedua, capek ah, jongkok duyu (foto: AZIA)"][/caption] [caption id="attachment_91410" align="alignnone" width="500" caption="narsis dikit di puncak air terjun bayang pertama (Foto: AZIA)"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun