Mohon tunggu...
Ahmad Yunizar
Ahmad Yunizar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sejarah peradaban Islam

Selanjutnya

Tutup

Diary

Takdir Allah selalu Indah

22 Desember 2024   21:30 Diperbarui: 22 Desember 2024   21:25 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak pernah terpikir dalam hidupku bahwa aku akan mondok di sebuah pondok pesantren, bahkan tidak pernah terpikir pula bahwa aku akan menghafal Al-Qur'an, karena aku bukan berasal dari keluarga yang agamis, orang tua saya hanyalah orang awam yang tidak berpendidikan tinggi, namun itu semua telah terjadi, karena takdir Allah SWT. Tidak ada satupun manusia yang mengetahui bagaimana rencana sang pencipta untuk makhluk ciptaannya. Terkadang, Allah membuat skenario yang begitu rumit bagi manusia, dan tak sedikit pula di antara manusia mengeluh karena skenario Allah SWT. Namun percayalah, di balik skenario tersebut Allah telah menyiapkan sesuatu yang sangat luar biasa bagi hambanya.

Nama saya Wisnu Saputra, saya berasal dari sebuah desa terpencil di kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Di keluarga saya terdiri dari empat orang: Ibu, Bapak, Kakak Perempuan dan saya. Semenjak duduk di bangku SMP saya sudah hidup mandiri, saya mengurusi rumah sendirian, mulai dari masak, nyuci, nyapu, dan lainnya, itu semua saya lakukan sendiri, Karena saya tinggal sendirian di rumah.

Pada awalanya Nenek saya memiliki penyakit gagal ginjal, sehingga beliau harus rutin cuci darah satu Minggu dua kali. Ibu saya satu-satunya anak Nenek saya, sehingga Ibu saya harus ngurus Nenek saya sendirian, Ibu dan Nenek saya bolak-balik ke rumah sakit untuk cuci darah, dan itu harus mengeluarkan uang yang tak sedikit, dan untuk menghemat biaya akhirnya Ibu saya memutuskan untuk ngontrak di dekat rumah sakit di Purwokerto. Semenjak itulah saya tinggal sendirian di rumah. Bapak saya kerja di luar Kota, Kakak saya kuliah di Yogyakarta, Ibu saya sedang bersama nenek saya, saya sendirian di rumah.

Dari kecil saya sudah mengalami cobaan yang berat, di mana teman-teman saya ketika pulang sekolah langsung makan siang karena sudah dimasakin Ibu-nya, sedangkan saya harus masak dulu, ketika teman-teman saya habis makan langsung pergi main, saya harus mengurusi rumah, mulai dari nyuci baju, nyuci piring, nyapu, ngepel, dan lainnya. Tentu saja itu adalah pekerjaan yang sangat berat bagi anak berusia 12 tahun. Namun, dari hal tersebut saya belajar banyak hal, saya bisa belajar masak, tahu cara ngurus rumah, jiwa saya semakin kuat, saya tahu makna kehidupan, saya bisa hidup mandiri, dan lainnya.

Beberapa bulan berlalu, saya dengar kabar bahwa Nenek saya meninggal dunia, tentu saja saya merasa sedih, seorang wanita tua yang begitu menyayangi cucunya harus pergi menghadap sang Khaliq. Namun di balik kesedihan tersebut, terbesit juga rasa bahagia karena saya akan tinggal lagi dengan Ibu saya. Entahlah, apa yang saya rasakan, antara bahagia dan sedih semuanya bercampur aduk.

Hari-hari saya lalui bersama Ibu saya, tentu saya merasa bahagia, namun kebahagiaan tersebut tak berselang lama, setelah saya mendengar kabar bahwa Ibu saya akan ke Yogyakarta untuk buka usaha warung makan di sana, demi membantu perekonomian keluarga, sayapun hanya bisa ikhlas begitu saja. Hingga akhirnya saya kembali ke rutinitas biasa, mengurus rumah sendirian.

Beberapa bulan berlalu, sayapun lulus dari bangku SMP. Kemudian saya berkeinginan untuk melanjutkan sekolah ke Yogyakarta. Saya ingin sekolah di sana karena saya ingin bersama dengan Ibu saya, dan orang tua saya mengijinkan saya untuk bersekolah di sana dengan syarat saya harus mondok, dan sayapun hanya bisa bilang "iya", karena saya akan melakukan apapun untuk bisa dekat dengan Ibu saya dan saya tidak tinggal sendirian lagi di rumah. Akhirnya sayapun mondok di sebuah pondok pesantren yang terletak di sudut kota Yogyakarta, yang bernama pondok pesantren Nurul Ummah.

Sayapun mulai menjalani kehidupan saya sebagai seorang santri, hari-hari saya lalui, tentu itu tidak mudah, karena perbedaan budaya di pondok dan di rumah, namun seiring berjalannya waktu sayapun bisa beradaptasi dengan kehidupan di pondok pesantren.

Beberapa bulan saya duduk di bangku madrasah Aliyah sudah terbesit pula dalam pikiran saya, "saya mau kuliah ke mana?". Melihat banyaknya alumni yang kuliah di Universitas Al-Azhar Mesir, muncul juga keinginan dalam diri saya untuk kuliah ke sana. Kemudian saya mulai mencari informasi tentang syarat apa saja yang harus dipenuhi untuk bisa kuliah ke sana?, Dan ternyata syarat utama yang harus dipenuhi adalah hafal Alquran juz 1 dan juz 2. sayapun termenung, apa bisa saya menghafal Al-Qur'an?, tanpa pikir panjang demi keinginan saya untuk kuliah ke Mesir, sayapun langsung mulai menghafal Al-Qur'an.

Tidak semudah membalikkan telapak tangan, menghafal Al-Qur'an ternyata bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, ayat demi ayat saya baca berkali-kali tapi tetap tidak mudah untuk dihafal, hari ini hafal 5 ayat besoknya sudah hilang, tentu ini membuat saya prustasi, namun demi keinginan besar saya, saya tidak patah semangat, saya terus berjuang hingga Allah menunjukkan jalan kepada saya bagaimana caranya menghafal Al-Qur'an, dan intinya agar mudah menghafal dan hafalannya tidak hilang "harus sering muraja'ah!".

Tantangannya tidak sampai di situ saja, sering muraja'ah berarti membutuhkan waktu yang banyak untuk muraja'ah, dan sayangnya sebagian besar waktu saya dipakai untuk belajar di sekolah, saya sekolah mulai dari jam 6.30 sampai jam 16.00, kemudian saya pulang ke pondok, lalu mandi kemudian shalat Ashar, habis itu saya mulai memegang Al-Qur'an sampai jam 17.30, itu berarti saya hanya punya waktu satu jam untuk menghafal dan muraja'ah, karena setelah magrib sampai jam 22 itu digunakan untuk ngaji di pondok, dan setelah kegiatan pondok selesai waktunya saya gunakan untuk belajar. Waktu satu jam bukanlah waktu yang banyak untuk menghafal Al-Qur'an, karena kalau ingin hafal Alquran, maka sebagaian besar waktu harus selalu dengan Al-Qur'an, dan itulah tantangan terbesar saya.

Tidak hanya sampai di situ saja, belum juga pondok saya yang berlatar belakang pondok non tahfidz juga mempersulit saya untuk menghafal, karena yang namanya menghafal Al-Qur'an butuh bimbingan seorang guru, sedangkan di pondok saya tidak ada, sehingga saya hanya bisa mengandalkan teman-teman dan beberapa ustadz saya untuk menyimak hafalan saya.

Pada awal tahun 2020, tepatnya ketika saya berada di bangku kelas 12, seluruh santri dibubarkan karena munculnya makhluk Allah yang berukuran sangat kecil, namun sangat berbahaya, yang dikenal dengan virus corona, sehingga mau tidak mau saya harus pulang ke rumah, mungkin ini adalah sesuatu yang baik bagi saya, karena berkat corona saya memiliki banyak waktu untuk menghafal.

Beberapa bulan saya di rumah pendaftaran kuliah mulai dibuka, dan saya menyampaikan keinginan saya untuk mendaftar di Mesir kepada kedua orang tua saya, namun sayang orang tua saya menolak permintaan saya, dan sayapun hanya bisa ikhlas melepas impian saya, karena ridhonya orang tua adalah yang paling utama. Walaupun saya tidak jadi ke Mesir, rasa keinginan saya untuk menghafal Alquran tetap ada, dan saya tetap lanjut menghafal, walaupun pada awalnya niat saya menghafal hanya untuk syarat ke Mesir, yang tadinya cuma mau menghafal 2 juz, saya jadi mau menghafal 30 juz.

Kemudian saya mencoba untuk mendaftar kuliah di UIN Yogyakarta, pertama saya mengambil jalur SPAN-PTKIN dan hasilnya saya tidak keterima, kemudian jalur SNMPTN dan hasilnya sama, tidak keterima, lalu saya mencoba jalur UMPTKIN dan hasilnya tetap sama, kemudian saya mengambil jalur terakhir yaitu jalur mandiri, dan ternyata Allah masih belum mengijinkan saya untuk kuliah di tahun itu. Tentu rasa sedih ada, tapi sedihpun tidak ada gunanya, dan saya yakin pasti Allah punya rencana lain untuk saya, dan akhirnya saya memutuskan untuk kuliah tahun depan.

Dan akhirnya saya menghabiskan hari-hari saya di rumah, ini merupakan kesempatan yang baik, saya bisa fokus menghafal Alquran. Tidak hanya itu, sayapun mencoba untuk berbaur dengan masyarakat, ikut gotong royong, bangun jalan, bangun rumah, kemudian saya belajar bertani, belajar nyangkul, belajar ngurus sawah, berkebun, dan lain-lain. Itu merupakan pengalaman yang luar biasa, yang mungkin tidak akan pernah saya dapatkan apabila saya kuliah waktu itu, karena takdir Allah sungguh indah.

Satu tahun berlalu, kampus-kampus mulai membuka pendaftaran untuk calon mahasiswa baru, sayapun bingung, "saya harus kuliah kemana?", Saya sudah nyerah untuk daftar di UIN Yogyakarta, tapi yang saya inginkan adalah kuliah di Yogyakarta, dan kuliah di UIN mengambil jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, dan saya sudah 4 kali gagal masuk UIN Yogyakarta dan saya sudah nyerah. Saya terus meminta petunjuk Allah. Dan di suatu malam ketika saya benar-benar berada dalam kesedihan, karena saya tidak tahu saya harus kemana?, dan akhirnya Allah memberikan petunjuk, ketika saya dalam kesedihan tiba-tiba kata "Purwokerto" terlintas begitu saja dalam pikiran saya, saya tidak tahu ada apa dengan Purwokerto. Keesoknya harinya saya mulai mencari tahu tentang kampus yang ada di Purwokerto, dan ternyata di Purwokerto ada UIN, yang bernama UIN Saizu, dan di sana terdapat prodi yang saya inginkan, yaitu prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir.

Tanpa pikir panjang, sayapun langsung mendaftar di UIN Saizu menggunakan jalur mandiri, dan Alhamdulillah saya keterima di sana, dengan prodi yang dari dulu saya impikan, yaitu prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Setelah saya resmi menjadi mahasiswa, saya langsung mencari informasi pondok yang ada di Purwokerto, saya mencarinya di internet, dan ketika saya sudah mendapatkan informasinya sayapun langsung tertarik dengan satu nama pondok, yang bernama Ath-thohiriyyah. Saya tidak tahu pondok pesantren Ath-thohiriyyah itu pondok seperti apa?, bagaimana sistemnya pembelajarannya?, kitab apa saja yang dikaji?, namun hati saya benar-benar mengatakan saya harus di Ath-thohiriyyah.

Kenapa harus Ath-thohiriyyah?, Ada apa sebenarnya dengan Ath-thohiriyyah?, entah kenapa begitu melihat namanya di situs pencarian, saya benar-benar ingin ke sana. Kemudian saya mencari informasi tentang Ath-thohiriyyah, dan ternyata Ath-thohiriyyah adalah pondok yang dari dulu saya inginkan. Di Ath-thohiriyyah saya bisa menghafal Al-Qur'an, tidak hanya menghafal saja, di sana juga ada seorang guru Al-Qur'an yang bisa membimbing saya untuk menghafal yang sanadnya sudah sangat jelas. Tidak hanya itu saja, di Ath-thohiriyyah santri juga belajar kitab tafsir, kitab fiqih, tauhid dan lainnya, tidak hanya belajar kitabnya saja, tapi juga belajar bagaimana cara membaca kitab-kitab tersebut.

Dan akhirnya sayapun mendaftar di pondok pesantren Ath-thohiriyyah, dan sekarang sudah resmi menjadi santri di sana. Dan Alhamdulillah sekarang saya bisa fokus menghafal Al-Qur'an, dan memiliki banyak waktu untuk menghafal, dan sekarang saya menghafal sudah mendapat bimbingan seorang guru.

Ketika mengingat bagaimana kehidupan saya ke belakang, saya sangat bersyukur kepada Allah, sekarang saya bisa mondok, saya belajar agama Islam, saya bisa menghafal Al-Qur'an, dan kehidupan saya menjadi lebih baik setelah saya tinggal di pesantren. Andai saja waktu itu, saya tidak tinggal sendirian, tentu saya tidak akan berada di pondok, dan andai saja saya tidak sekolah di Yogyakarta, tentu saya tidak ada rencana untuk ke Mesir, dan pastinya saya tidak ada keinginan untuk menghafal Al-Qur'an, dan andai saja apabila saya keterima kuliah di Yogyakarta, tentu saya tidak akan mondok di Ath-thohiriyyah, dan saya tidak bisa menghafal Al-Qur'an.

Lagi dan lagi, takdir Allah tidak ada yang buruk, takdir Allah selalu indah, Allah sangat menyayangi hambanya, kalau kita menginginkan sesuatu, dan kita tidak mendapatkannya, maka janganlah bersedih hati, bisa saja sesuatu tersebut tidak baik untuk kita, karena Allah tahu apa yang terbaik untuk kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun