Mohon tunggu...
Ahmad Yudi S
Ahmad Yudi S Mohon Tunggu... Freelancer - #Ngopi-isme

Aku Melamun Maka Aku Ada

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

"Rokok-isme"

5 Oktober 2018   05:42 Diperbarui: 5 Oktober 2018   05:45 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika diperhatikan, rokok ternyata lebih laris di kalangan ekonomi menengah hingga ke bawah dibanding kalangan ekonomi yang baik. Minimnya pengetahuan menyebabkan konsumen di kalangan ekonomi bawah menjadi pelanggan setia rokok. Efek kecanduan telah menjerat siapapun yang telah menghisapnya menjadi sulit untuk dipisahkan. 

Rokok dianggap sebagai bagian dari kebutuhan pokok sehari-hari di kalangan ekonomi bawah. Naasnya jika keadaan mendesak, mereka lebih mendahului rokok ketimbang membeli beras untuk mengisi perut.

Paradigma di masyarakat telah bergeser akibat Rokok-isme. Akibatnya berbagai penyakit katastropik maupun kronis seperti gagal ginjal hingga kanker banyak diderita masyarakat ekonomi ke bawah karena dampak rokok. Biaya pengobatan yang tidak murah terkadang lebih mencekik. BPJS dibebankan pada kondisi yang memilukan, seakan masyarakat ekonomi bawah tidak diperbolehkan sakit karena kondisi defisit yang terus bertambah dan tingginya biaya medis.

Rokok-isme telah menciptakan lingkaran ataupun siklusnya sendiri. Bermula dari kecanduan yang kemudian menjadi perokok aktif, kemudian timbul adiktif dan toksik perlahan-lahan, dan di usia lanjut mulai timbul penyakit kronis akibat adiktif rokok, kemudian jatuh sakit bila tidak ditindaklanjuti. Dari cukai rokok lewat jaminan kesehatan berupaya menutup biaya obat dan pengobatan kronis lainnya akibat paparan rokok. Seperti peribahasa, "gali lubang tutup lubang", terus seperti itu siklusnya.

Rokok-isme telah menyeret banyak korban dan menjerumuskan dalam siklusnya. Jika tidak diintervensi, maka rantai Rokok-isme akan semakin panjang. Dampak jangka panjang berupa memburuknya status kesehatan di masyarakat. 

Anak-anak yang telah kecanduan merokok menggambarkan masa depan bangsa menjadi bangsa perokok yang dipenuhi orang-orang sakit. Rokok pun telah menjadikan masyarakat yang hedonis, konsumtif tanpa mandiri dalam produktifitas. Mau sampai kapan rokok mengorbankan banyak nyawa dan mempertaruhkan masa depan bangsa? Sudahilah dan segeralah insaf dari Rokok-isme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun