Pemimpin dalam keluarga, Pejuang pendidikan negara, & Ayah yang jadi panutan.
Itulah setitik gambaran dalam pikiran saya terhadap Beliau, Seseorang yang masih menanggungtanggung jawab atas anak, istri, sauadara, & mertuanya. Selamat membaca & semoga bermanfaat..
Masa Muda yang penuh perjuangan, dan kondisi ekonomi yang bisa dikatakan sangat parah, rasanya sulit dipercaya beliau bisa kuliah tanpa dukungan semangat & dana dari orangtuanya karena telah meninggal sejak kecil. Semangat dan keinginan yang kuat untuk merubah hidupnya adalah hal yang terus membuatnya tegar dalam menghadapi situasi ini, salah satu keinginan yang bertolak belakang dengan kondisinya adalah NAIK HAJI.Dengan kardus bekas setrika, dia masukan satu per satu koin 500 rupiah, saat itu hanya uang 500 lah yang boleh masuk ke dalam kardus, 100 dan 50 rupiah tidak boleh masuk( jaman dulu uang 500 nilainya lumayan gede). Hal itu dilakukan sampai di menikah, punya kontrakan dan jadi perajin kayu, lalu beralih profesi menjadi guru, mempunyai rumah tetap dan mempunyai 2 anak. Anak laki-lakinya sangat senang melihat koin 500 yang sangat banyak di dalam kardus sekaligus sedih mengingat mahalnya biaya naik haji. Suatu ketika sudara beliau yang bisa dikatakan “kaya”, ditipu seseorang dan perusahaannya mengalami kerugian sampai ratusan juta rupiah. Beliau pun berusaha sekuat mungkin untuk menolong saudaranya yang sedang disidang dan di ancam masuk penjara karena harus bertanggung jawab atas kerugian perusahaan. Seorang guru pun akhirnya merangkap menjadi pengacara, walaupun saudara beliau akhirnya tidak jadi dipenjara, tetapi hampir semua hartanya di sita untuk mengganti kerugian perusahaan. Saat itu, beliau membantu untuk memenuhi kebutuhan keluaga saudaranya dengan tabungan, beberapa barang milik beliau yang dijual, dan hal yang paling menyakitkan bagi anak laki-lakinya adalah saat tabungan haji yang sejak muda beliau kumpulkan sampai banyak harus dipakai untuk membantu saudaranya. Bersama-sama, beliau dan anak-anaknya menghitung koin 500-an dalam kardus. Mungkin jumlahnya hanya beberapa juta, tetapi anak-anaknya sangat sedih apabila harus mulai menabung dari awal lagi.
Tapi Allah Maha Besar, tak pernah terfikirkan dalam pikiran keluarga beliau rencana Allah yang sesungguhnya. Bila Allah sudah berkehendak, siang pun bisa jadi malam, apapun yang tidak mungkin pun bisa terjadi. Dengan drastis, bisnis beliau jadi sangat maju. Rizki yang berlimpah datang dari mana saja tanpa di duga. Tanpa sadar uang yang seharusnya untuk berhaji 1 orang saja tidak cukup, sekarang malah cukup untuk 2 orang. Dengan penuh rasa syukur Beliau dan isrtrinya pun naik haji tahun 2008.
Kegembiraan pun tidak selesai sampai disitu, sepulangnya mereka dari tanah suci, gaji beliau sebagai guru ditambah sertifikasi yang tidak pernah diambil selama di tanah suci, ternyata jumlahnya cukup untuk membeli mobil.
Mungkin itu saja yang dapat saya tulis, mohon maaf apabila ada kata-kata yang menyinggung hati saudara, tetapi saya dapat bertanggung jawab jika kisah diatas adalah 100% nyata. semoga bermanfaat, amiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H