Mohon tunggu...
Ahmad Yani
Ahmad Yani Mohon Tunggu... Dosen - Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati dan praktisi pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pokdarwis dan MBKM

10 Oktober 2022   06:43 Diperbarui: 10 Oktober 2022   06:55 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dibutuhkan komunitas Pokdarwis di setiap desa/kelurahan. Saat ini baru terhitung 26 kelompok (35%) dari 74 desa/kelurahan. Idealnya, di setiap desa/kelurahan sudah terbentuk komunitas Pokdarwis. Jika peran serta Pokdarwis dapat dioptimalkan, maka sebagian "pekerjaan" pengelola dapat teratasi.

Kita tunda tema tentang Pokdarwis.

Sebagaimana diketahui, tiap dosen di Perguruan Tinggi memiliki kewajiban tridharma; salah satunya pengabdian kepaad masyarakat. Dalam konteks ini, pemerintah daerah dan pengelola geopark dapat "mengundang" para dosen untuk melakukan pengabdian masyarakat di kawasan geopark Ciletuh. 

Para dosen diminta untuk meningkatkan wawasan tentang Geopark Ciletuh kepada setiap komunitas masyarakat termasuk Pokdarwis. Tidak untuk menonjolkan diri, sejak tahun 2018 Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) telah mengizinkan sejumlah tim pengabdian masyarakat di Ciletuh. 

Setiap tahun, tim pengabdian UPI terus "mengalir" melakukan edukasi di kawasan Ciletuh. Walaupun jumlahnya masih terbatas, namun dapat dijadikan contoh bahwa kerjasama antara pengelola Geopark dan Perguruan Tinggi sangat terbuka. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 72 Tahun 2018 tentang Pengembangan Kawasan Geopark di Daerah Provinsi Jawa Barat Bab IV Pasal 7 ayat (3) dinyatakan bahwa dalam pengelolaan Geopark dapat melakukan kolaborasi dengan melibatkan pihak perguruan tinggi. Artinya payung hukumnya sudah sangat jelas, tinggal diimplementasi perlu diperluas.

Tidak hanya program pengabdian, saat ini di lingkungan kampus sedang berlaku program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Program tersebut memberi pengakuan pengalaman belajar mahasiswa di luar kampus dan kegitannya dapat dikonversi menjadi 20 sks per semester. Ada 8 (delapan) program MBKM yang dapat diikuti oleh mahasiswa, salah satunya program Membangun Desa. 

Hal ini menjadi peluang. Gayung bersambut. Jika badan pengelola dapat menangkap peluang kebijakan MBKM sebagai potensi sumberdaya manusia dalam pengembangan geopark, mahasiswa dapat diundang hadir "meramaikan" kawasan geopark menjadi arena MBKM mereka. 

Caranya sederhana, badan pengelola "hadir" di kampus-kampus untuk menyampaikan program kerja pengembangan geopark, menunjukan lokasi dan wilayah kerja, serta menunjukkan komunitas masyarakat yang akan dijadikan sasaran antara pemberdayaan. 

Kegiatan yang dapat diwujudkan oleh mahasiswa dalam Program MBKM antara lain program Geopark Go to School, pengembangan desa wisata, pemberdayaan masyarakat bidang sosial budaya, konsevasi hutan, pengembangan ekonomi masyarakat seperti homestay, kerajinan tangan, jenis kuliner, dan lain-lain. Program pemuliaan kebudayaan daerah, dapat berupa pengemasan budaya meenjadi lebih dikenal. 

Di bidang konsevasi lingkungan, misalnya reboisasi lahan kritis, identifikasi biodiversiti, dan mitigasi bencana alam. Semua kegiatan di atas berpeluang untuk direkognisi bobot kredit (sks)-nya melalui program MBKM. Jika gagasan ini dapat dipertimbangkan, maka mitra mahasiswa di lapangan adalah para anggota Pokdarwis. Sekian..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun