Nah, masalahnya ada juga guru yang beranggapan bahwa 5-M (observing, questioning, experimenting, associating, dan communicating) adalah pilar-pilar model saintifik sebagaimana pada CTL, sehingga susunannya tidak perlu berurutan. Mereka menganggap, bahwa dalam menggunakan pembelajaran saintifik dapat memulainya dari langkah manapun. Bisa dimulai dari kegiatan bertanya, lalu melakukan asosiasi, dan diakhir dengan mengkomunikasikan. Pada waktu yang lain, ia dapat dimulai dari mengasosiasi, melakukan eksperimen, lalu mengasosiasi. Bahkan, ada yang berpendapat tidak perlu seluruh langkah dilakukan, tetapi cukup saja apa yang bisa dilakukan oleh guru di kelas sesuai kondisi sekolahnya. Di sejumlah tempat, ada pula yang beranggapan bahwa perbedaan model pembelajaran saintifik dari sebelumnya hanyalah dengan memperbanyak kegiatan diskusi dan presentasi, selain itu ya sama saja. Dari sinilah, saya menyebutnya suatu kesalahan persepsi terhadap pembelajaran saintifik.
Pendapat manakah yang tepat?. Saya setuju dua-duanya, baik sebagai pendekatan maupun sebagai model pembelajaran asalkan konsisten. Jika mengacu pada rambu-rambu Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, pembelajaran saintifik paling tepat dianggap sebagai suatu pendekatan. Implementasinya, harus memilih salah satu model yang dianjurkan yaitu discovery learning/inqury learning, project-based learning, atau problem-based learning. Sintaks ketiga model di atas harus berurutan, tidak boleh ditukar-tukar dan harus dituntaskan baik dalam satu kali pertemuan maupun dalam beberapa kali pertemuan. Misalnya Sanjaya (2008) menyebutkan enam langkah pembelajaran inkuiri yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan. Keenam langkah tersebut harus berurutan dan harus dituntaskan dalam beberapa kali pertemuan di kelas; itulah makna dari sintaks pembelajaran yang sesungguhnya.
Jika pembelajaran saintifik dianggap sebagai suatu model pembelajaran, juga tidak terlalu keliru. Walaupun perlu diketahui bahwa pembelajaran saintifik sebagai suatu model, referensi sangat kurang. Pada artikel ilmiah jarang sekali menggunakan istilah  scientific approach sebagai suatu model pembelajaran. Implementasinya, kita dapat menggunakan sintaks 5-M sebagaimana disarankan dalam Permendikbud sebelumnya yaitu Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Lagi-lagi perlu dicatat, urutan langkah pembelajarannya tidak boleh ditukar-tukar dan tahapannya harus ditempuh secara keseluruhan. Hal ini perlu dikomentari karena asal mula pendekatan saintifik "diadopsi" dari langkah seorang ilmuan dalam melakukan penelitian di laboratorium. Langkahnya berurutan dan utuh, yaitu mulai dari mengamati, merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan, mengumpulan data/eksperimen, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan diakhiri dengan publikasi. Mana ada ilmuan, yang tiba-tiba mengumpulkan data tanpa mengajukan pertanyaan penelitian, atau tiba-tiba mereka komunikasikan sesuatu tanpa melakukan suatu proses penelitian. Karena itu, langkah pembelajaran saintifik tidak boleh ditukar-tukar sebagaimana seorang ilmuwan melakukan proses penelitian ilmiah. Wallahu’alam.
Referensi:
Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan desain sistem pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sukmadinata, NS. (2004). Belajar dan pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Yani, A. dan Ruhimat, M. (2018). Teori dan Implementasi Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.
  Â
