Kegiatan trauma healing bersama anak-anak penyintas
Program yang kami buat memang terbilang dadakan, dikarenakan kami baru tahu kondisi penyintas ketika kami terjun langsung. kami juga melakukan pendampingan kepada adek-adek SD yang sekolahnya terdampak dan tidak bisa dipakai, karena minimnya bantuan tenda untuk sekolah darurat, sekolah disini dibagi menjadi 2 shift kelas pagi untuk kelas 1-3 dan siang kelas 4-6. disini kami tidak diminta MDMC untuk berfokus pada pelajaran namun, kami disuruh untuk mendampingi mereka untuk trauma healing yang bertujuan membangkitkan semangat mereka untuk kembali bersekolah nantinya.
Kehangatan dan Kebersamaan mulai ditemukan
minggu ke-2 kami baru mendapatkan kolaborasi dan kedekatan bersama warga, semua program kami diterima baik oleh warga dan mereka bersedia membantu jika dibutuhkan. Mulai dari perbaikan mushola darurat, pembuatan tempat wudhu dan perbaikan halaman untuk kegiatan senam yang sangat becek dan rusak waktu itu. Masyarakat disini kompak dalam bangkit melawan bencana yang sedang dialami hal itulah yang membuat kelompok kami mudah berbaur dari anak-anak hinga orang tua.
Di samping berbaur dengan Masyarakat kami juga mulai akrab dengan anggota kelompok kami yang sebelumnya tidak kenal sama sekali dari jurusan dan prodi yang berbeda-beda
Kepanikan dan stres dilokasi pengungsian!
Fasilitas yang seadanya dan dipakai untuk bersama membuat kami harus ekstra dalam hal kebersihan. Memasuki minggu ke-3 banyak dari kami yang sudah mulai tejangkit penyakit seperti diare, stres, kutu air, demam dan flu. di 2 minggu awal kami di sediakan air minuman kemasan oleh Lazimu akan tetapi minggu ke-3 stok air kemasan habis dan membuat kami harus meminum langsung air dari sumber mata air yang di olah dengan bantuan mesin dari TNI. Untungnya pihak MDMC melakukan cek keshatan kepada relawan yang ditugaskan.