Perubahan besar atau yang disebut dengan peradaban itu jika tidak ikuti dengan perubahan pola berfikir akan melahirkan sebuah kondisi overbalance. Ketidakseimbangan yang mengancam kehidupan stabilitas sosial masyarakat Yogyakarta. Itu sebabnya pemahaman ini memberikan kesadaran pada beliau untuk selalu siap mengikuti segala perubahan masyarkatnya. Kebijakan-kebijakan politik yang diambil harus sesuai dengan jaman agar tidak menimbulkan gejolak di dalam masyarakat yang dipimpinnya. Kebijakan yang diambil adalah kebijakan yang mempertimbangkan nilai-nilai local yang sesaui dengan kebutuhan rakyat Yogyakarta.
Lebih lanjut beliau menguraikan sebab-sebab ketimpangan sosial yang memicu disintegritas bangsa. Diantaranya ia mengutip pemikiran Federico Ruiz yang menyatakan bahwa ada tiga penyebab krisis peradaban manusia. Pertama globalitas, yaitu kompleksitas berbagai elemen dalam suatu situasi atau keadaan. Kedua radikalitas, yaitu karakter ekstrim dari berbagai kelompok masyarakat. Ketiga kecepatan, yaitu cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketiga hal ini menurut beliau sudah menjadi pemicu berbagai persoaan sosial Khususnya Timur Tengah, tetapi beliau berharap tidak terjadi di Indonesia khususnya Yogyakarta.
Meskipun tantangan yang begitu berat, beliau sudah terbukti mampu menciptakan kesejahteraan, kedamaian dan kemakmuran rakyat di wilayah Yogyakarta. Yogyakarta mampu menjadi Daerah Istimewa yang bisa menjadi contoh bagi kota lain. Baik sebagai Kota Budaya, Kota Wisata bahkan Kota Pendidikan. Kota yang relatif kecil ini memiliki ratusan perguruan tinggi, ribuan sekolah, dari pendidikan formal sampai pendidikan non-formal (pesantren). Meskipun terus mengikuti perkembangan jaman, kota ini juga menjadi satu-satunya kota yang masyarakatnya memegang teguh budaya lokal yang sangat kental. Yogyakarta juga telah terbukti bebas dari konflik, baik horisontal marupun vertikal. Semua itu tentu karena kemampuan Sang Gubernur di dalam mengambil keputusan atau kebijakan yang lebih mengutamakan musyawarah dan mufakat.
Akhirnya selamat untuk Bapak Sri Sultan HB X yang mendapatkan Gelar Kehormatan Doktor Honoraris Causa. Semoga pemberian penghargaan ini mampu memberikan motivasi dan semangat bagi beliau dan seluruh masyarakat Yogyakarta pada umumnya untuk selalu meningkatkan diri dalam menjaga persaudaraan sehingga akan tercapai apa yang menjadi cita-cita sang Gubernur, yaitu sebagai kota yang berperadaban, berkemajuan dan berkemakmuran. Wallahua’lam bishawab.
Hobart, 30 September 2015
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H