Mohon tunggu...
Ahmad Wazier
Ahmad Wazier Mohon Tunggu... Dosen -

Manusia awam yang \r\npenuh dengan keterbatasan dan kebodohan. \r\n\r\nSaat ini berstatus sebagai Dosen dan Mahasiswa Program Doktor (S3) di University of Tasmania-Australia.\r\n\r\nMantan pengurus DPD IMM DIY ini menyelesaikan Pendidikan Pasca Sarjana di Universitas Gadjah Mada.\r\nPengalaman organisasi: Sekretaris Pusat Pengembangan Bahasa (dua periode), Wakil sekretaris MTDK PWM DIY dan Sekjen KAMADA, Ketua Umum KORKOM IMM, Waka 1 IMM PSH,. Jabatan terakhir sebagai Kepala Pusat Pengembangan Bahasa (2 Periode).\r\n\r\nAktivis alumnus Pondok Pesantren Ar-Ruhamaa’ ini mempunyai minat bidang kebijakan politik Amerika Serikat, ideologi dan agama.\r\n\r\nAktif di beberapa perkumpulan dan juga latihan menjadi pembicara dalam diskusi, training, seminar atau konferensi. bisa di hub di: Twitter: @WazierW wazier1279@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jadilah Matahari Kehidupan

28 Juli 2012   23:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:30 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangun Kesadaran

Oleh

Wajiran, S.S., M.A.

Hari pagi yang cerah mulai merekah. Matahari sudah mulai meninggi. Mengintip pelan-pelan seolah ingin menggoda setiap orang yang malas untuk bangun. Matahari ingin menyadarkan agar orang-orang malas merasa malu dengan dirinya. Matahari setiap pagi konsisten beranjak dari persembunyiannya, tepat pada waktunya kecuali ada penghalangnya. Di pagi hari, matahari sudah memberikan kehangatan kepada semua. Ia menyinari dan memberi kehangatan bumi tanpa pamrih. Di pagi hari juga ia sudah memberikan kesejukan, dibantu semilir angin pagi yang menyejukan.

Jadikanlah dirimu matahari yang siap berkorban. Jadilah diri mu matahari yang selalu mendatangkan kesejukan dan kedamaian. Meskipun harus merangkak dari bawah, perlahan tapi pasti. Matahari selalu memandang kedepan. Meskipun banyak yang mencibir bahkan menghujat. Ada yang mengeluh kepanasan, kegerahan dan berbagai hujatan pada dirinya. Itu semua disadarinya sebagai ketidaktahuan manusia saja. Karena ketika ia tidak datang, manusia pun akan tetap mengeluh, kedinginan. Maka dari itu, jika dirimu ingin dipandang sebagai orang yang tinggi, pekerti dan budi. Jangan banyak menuntut orang lain. Berilah kebaikan dan segala potensi yang ada di dalam dirimu tanpa takut atas keluhan karena iri dan dengki di orang-orang sekeliling mu.

Hidup kita ditakdirkan untuk berada di dalam kondisi yang kadang kurang menguntungkan. Hidup kita kadang sulit, kadang lapang dan kadang biasa-biasa. Hidup itu seperti alir mengalir; kadang mengalir deras, kadang berhenting, sering juga terjun bebas. Segala kondisi itu, Tuhan pasti memberikan hikmah. Saat kita sulit; kita sakit, kita miskin, kita bermasalah, disitu Tuhan sedang menguji kesabaran kita. Apakah kita tabah dan kuat menghadapi segala ujian yang diberikan Tuhan. Dan jika kita bersabar menghadapi semua ujian, maka Tuhan tidak segan-segan memberikan imbalan yang lebih besar dari apa yang kita terima sebelumnya.

Manusia hanya menerima apa yang sudah di berikan Tuhan. Untuk itu menjalani segala kondisi dan terus berusaha memberikan yang terbaik kepada sesama adalah sebuah kemuliaan. Mengeluh, merintih dan mengumpat atas kondisi yang tidak menguntungkan bagi kita adalah sebuah kesia-siaan. Keluhan hanya memperbesat dan memperberat diri sendiri. Keluhan juga hanya menularkan energi negatif yang berarti membebani orang lain. Hal itu akan merugikan diri kita sendiri dan akan merubah penilaian orang lain terhadap diri kita. Terimalah segala kondisi yang kita hadapi saat ini, dengan tetap optimis terhadap kehidupan.

Rasa syukur mu kepada Tuhan akan memberikan kebaikan bagi dirimu sendiri. Karena suatu saat Tuhan akan memberi balasan yang lebih baik. Tuhan akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik daripada apa yang kamu korbankan saat ini. Itulah sebabnya dibutuhkan kesadaran bahwa setiap usaha, setiap pengorbanan tidak akan pernah sia-sia dalam kehidupan kita. Hanya manusia yang berimanlah yang akan mencapai kemenangan. Karena ia bersabar dengan segala ujian. Ia konsisten atas kebenaran. Ia tangguh dalam segala kondisi. Itulah kemenangan sejati bagi setiap insan yang beriman. Itulah sebabnya kemenangan bukan lah ketika kita bisa menundukan lawan. Tapi kemengangan adalah ketika kita bisa menguasai diri, agar tidak merugikan orang lain. Wallahua'lam bishawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun