Mohon tunggu...
Ahmad Wazier
Ahmad Wazier Mohon Tunggu... Dosen -

Manusia awam yang \r\npenuh dengan keterbatasan dan kebodohan. \r\n\r\nSaat ini berstatus sebagai Dosen dan Mahasiswa Program Doktor (S3) di University of Tasmania-Australia.\r\n\r\nMantan pengurus DPD IMM DIY ini menyelesaikan Pendidikan Pasca Sarjana di Universitas Gadjah Mada.\r\nPengalaman organisasi: Sekretaris Pusat Pengembangan Bahasa (dua periode), Wakil sekretaris MTDK PWM DIY dan Sekjen KAMADA, Ketua Umum KORKOM IMM, Waka 1 IMM PSH,. Jabatan terakhir sebagai Kepala Pusat Pengembangan Bahasa (2 Periode).\r\n\r\nAktivis alumnus Pondok Pesantren Ar-Ruhamaa’ ini mempunyai minat bidang kebijakan politik Amerika Serikat, ideologi dan agama.\r\n\r\nAktif di beberapa perkumpulan dan juga latihan menjadi pembicara dalam diskusi, training, seminar atau konferensi. bisa di hub di: Twitter: @WazierW wazier1279@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Babimu Babiku (Kritik atas Sifat-Sifat Manusia)

11 Juni 2012   03:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:08 1665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BABIMU BABIKU

(Kritik atas Sifat-Sifat Manusia)

Oleh

Wajiran, S.S., M.A.

(Dosen Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta)

Masih teringat masa kecil dulu. Saat belajar membaca di sebuah surau di pelosok desa. Ustadz di kampungku mengajari murid-murid membaca dengan cara yang sangat berbeda. Selain mengajari ejaan setiap huruf, ustadz akan menjelaskan objek objek yang diajarkan secara mendalam. B-A-B-I M-U, B-A-B-I K-U adalah kata yang pernah diajarkan suatu hari. Ustadz di kampungku bukan hanya pandai menghibur anak-anak seusiaku, tetapi juga pandai mengajari hal-hal yang sangat mendasar dalam kehidupan.

Saya tidak habis pikir kenapa sang ustradz mengajarkan kata-kata ini kepada kami. Perasaan penasaran itu akhirnya tak tertahankan juga oleh ku. Aku pun memberanikan diri untuk menanyakan kepada sang ustadz. Karena selama ini bacaan yang sering di ajarkan di sekolah-sekolah “INI BUDI”, bukan “BABIMU” dan “BABIKU”.

Merespon pertanyaan ku, Pak Ustadz menjelaskan bahwa di dalam diri kita terdapat sifat-sifat yang dimiliki babi. Sifat-sifat itu harus dihilangkan sebisa mungkin. Karena sifat-sifat babi sangat merugikan bagi orang lain, termasuk dirinya sendiri. Itu juga mungkin yang menyebabkan kenapa babi diharamkan dalam islam. Selain kandungan penyakit yang ada di dalam tubuhnya, sifat-sifat babi adalah penyakit hati bagi manusia. Lalu apa sifat-sifat babi itu?

Sebagai penduduk kampung yang ada di pedalaman, di lingkungan sekitar kami begitu banyak binatang; ada harimau, gajah, ular, babi dan lain sebagainya. Dari sekian banyak binatang itu, babi adalah binatang yang paling merugikan petani. Keberadaan binatang ini tidak memberikan manfaat apa-apa. Babi adalah perusak tanaman petani, bahkan terkadang sang petani pun jadi korban keganasannya.

Babi adalah binatang yang badanya penuh dengan kotoran, bertaring dan kasar. Babi adalah binatang yang menakutkan terutama bagi anak-anak. Itu sebabnya babi itu memiliki sifat; jorok, pemalas, angkuh, kasar, pelit, bodoh dan rakus.

Manusia secara kodrat memang memiliki kemiripan ini. Oleh karena itu larangan memakan daging babi mengindikasikan bahwa seorang muslim harus mengebiri sifat-sifat ini.

Babi umumnya berbadan dengan ciri perut yang gendut. Perut gendut menggambarkan sifat babi yang pemalas. Binatang ini tidak mau melakukan sesuatu untuk kebaikan dirinya apalagi bagi orang lain. Babi adalah binatang yang sangat jorok. Sukanya mencari makan di comberan dan tanah berlumpur. Itu sebabnya badanya selalu kotor dan berbau.

Rambut yang kaku menggambarkan keangkuhan. Babi adalah binatang yang sukanya berlari kencang dan bersifat lurus. Babi sangat sulit dibelokan atau diarahkan. Ia akan menerjang apa saja yang ada didepannya. Babi tidak memiliki ritme dan irama dalam kehidupan. Oleh karena itu kehidupan babi adalah kehidupan yang angkuh (kaku) dan membosankan.

Sebagai binatang yang jorok, babi tidak pernah mau menghias diri. Babi adalah binatang yang super PD (percaya diri). Mekipun berbadan berbau tetap saja tidak mau mengakui kekurangannya. Babi adalah symbol kemalasan, kejorokan. Sifat-sifat seperti ini merepresentasikan orang-orang yang suka berbuat onar di lingkunganya. Tidak mau berusaha keras, tetapi inginnya menikmati kemudahan dan kenyamanan.

Babi adalah binatang yang bodoh. Babi tidak pernah memikirkan batas, hak pribadi dan hak orang lain. Semua dianggap miliknya, sehingga babi tidak pernah mau tahu dengan hukum dan ketentuan. Babi merepresentasikan orang yang suka melanggar hukum. Sudah tahu ada larangan, tetapi dasar babi, semua dimakan juga. Manusia yang memiliki sifat seperti ini adalah mereka yang dengan segala daya upaya hanya mencari keuntungan bagi dirinya sendiri. Pemalak, koruptor, dan pengutil, pencuri, perampok adalah representasi dari sifat babi yang bodoh ini.

Karena sifatnya yang angkuh dan kasar, babi juga sering jadi musuh di mana saja. Dimanapun tempat babi tidak pernah bisa berdamai dengan binatang lain. Babi selalu akan menjadi ancaman bagi yang lain. Babi tidak memiliki sopan santun. Tempat tinggalnya akan selalu di rongrong demi mendapatkan keuntungan pribadi. Babi tidak bisa diperingatkan secara halus. Babi tidak pernah mau introspeksi diri. Segalanya akan digasak dengan rakus dan membabibuta.

Babi adalah binatang yang tidak mengenal norma. Kita bisa bandingkan perbedaan babi dan ayam. Jika di dalam satu kandang ada tiga babi. Satu betina dan dua laki-laki, maka babi akan menyetubuhi babi betina secara bergantian. Sedangkan ayam sebagaimana kodrat manusia. Ayam, jika dalam kondisi yang sama, maka ayam jantan akan saling bertarung untuk mendapatkan si betina. Setelah salah satu kalah, maka hanya pejantang pemenang yang berhak menguasai ayam betina. Inilah simbol bahwa ternyata ayam pun lebih terhormat daripada babi. Orang yang memiliki sifat-sifat seperti ini sudah banyak ada di kota-kota besar sana.

Itulah alasan-alasan yang sangat penting dari ajaran sang ustadz di kampung kami. Meskipun tinggal diperkampungan yang jauh dari hiruk-pikuk kehidupan kota, kami memiliki nilai-nilai luhur yang sangat berguna bagi kehidupan. Itu sebabnya kami tidak pernah malu sebagai orang kampung (desa). Kita dianjurkan berjuang sekuat tenaga agar sifat-sifat babi ini tidak mendominasi di dalam diri kita. Semoga!

Yogyakarta, 10 Juni 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun