Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Panorama Malam

13 September 2024   03:29 Diperbarui: 13 September 2024   03:37 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Panorama Malam.

foto foursquare

1/

Malam gelap dekat dangau luka 

kilau peri menerangi

Jantung kesuyian;

melodi lembut menumpahi kenangan;

Dan,

ada beberapa air menetas hujan; dari balik aroma yang dingin

hening di kesunyian;

serangga tergangau sendiri;

dan pohon jambu menitik sedikit-sedikit mendung;

yang samar pada lekuk langit yang kelam

dia mungkin sebatang pohon jambu yang menangis

getah-getahnya di bulir di kafe-kafe;

Untuk mempermanis pergunjingan

:

"Saudara-saudara!"

"kemerdekaan ini ternyata duka;"

"dan, "coba, lihat saja, luka-luka ini,"

"adalah kebebesan dari hidup dan kehidupan"

2/

Setahun, kisah itu berkelabu,

yakni, dongeng pauk dangau di danau itu;

mengisahkan, seorang lelaki

Yang tenggelam dalam - perkasanya, cinta

dalam dilema tragedi;

Kini dia membuat takut orang-orang,

sebab hantunya yang telah menjadi mitos 

pergunjingan sana-sini, - bak arwah sasar;

menepikan dendang yang kerap;

dinyanyinya setiap kelam datang.

- Di sini di bawah atap rindu ini tempat rebah segala mimpinya;

dan aku masih tak mengetahui - manakah ?

yang lebih kasih ?

Kehidupan, ?

atau; luka tragedi dan kematian ?

Kemudian:

Kepala seekor ayam; yang di sembelih menjadi gulai;

membuat mimpi buruk; berkokok; di jelaga air;

membuat terjaga insan yang berdo'a.

A.W. Al-faiz

Bandar Lampung, 13 September 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun