Verum Dan Indeks.
Eksistensialis :Verum dalam Eksistensialisme:
  "Verum" atau kebenaran dalam konteks eksistensialisme memiliki karakteristik unik:
  a) Kebenaran Subjektif:
   Eksistensialisme menekankan bahwa kebenaran bersifat personal dan subjektif. Ini berbeda dengan konsep kebenaran objektif atau universal dalam filsafat tradisional.
  b) Kebenaran sebagai Proses:
   Bagi eksistensialis, kebenaran bukan sesuatu yang tetap, melainkan sesuatu yang terus-menerus dicari dan dihayati dalam eksistensi individu.
c) Kebenaran dan Autentisitas:
   Kebenaran dalam eksistensialisme sering dikaitkan dengan konsep autentisitas - sejauh mana seseorang hidup sesuai dengan pilihan dan nilai-nilainya sendiri.
2. Variabel Premis dalam Proposisi Eksistensialis:
Dalam logika eksistensialis, premis-premis sering bersifat variabel dan kontekstual. Ini mencerminkan pandangan bahwa realitas dan kebenaran tidak bersifat tetap atau universal.
  a) Kontekstualitas:
   Premis dalam proposisi eksistensialis sering bergantung pada konteks individual dan situasional.
  b) Fluiditas:
   Premis dapat berubah seiring dengan perubahan pemahaman dan pengalaman individu.
  c) Subjektivitas:
   Premis sering didasarkan pada pengalaman subjektif dan interpretasi personal.
3. Hubungan antara Verum dan Variabel Premis:
a) Kebenaran Situasional:
   Dalam eksistensialisme, kebenaran (verum) sering dipahami sebagai sesuatu yang muncul dari situasi spesifik, yang tercermin dalam variabel premis.
  b) Dialektika Kebenaran:
   Ada hubungan dialektis antara premis yang berubah-ubah dan pencarian akan kebenaran yang terus-menerus.
  c) Penolakan terhadap Sistem Tertutup:
   Penggunaan variabel premis mencerminkan penolakan eksistensialisme terhadap sistem filosofis yang tertutup dan kaku.
4. Implikasi Filosofis:
a) Kebebasan dan Tanggung Jawab:
   Konsep verum dan variabel premis menekankan kebebasan individu dalam menafsirkan realitas, tetapi juga tanggung jawab atas interpretasi tersebut.
 b) Kritik terhadap Rasionalisme:
   Pendekatan ini dapat dilihat sebagai kritik terhadap rasionalisme yang terlalu kaku dalam filsafat tradisional.
 c) Etika Situasional:
   Pemahaman ini mengarah pada etika situasional, di mana keputusan etis diambil berdasarkan konteks spesifik daripada aturan universal.
5. Contoh dalam Pemikiran Eksistensialis:
 - Sartre: Konsepnya tentang "eksistensi mendahului esensi" mencerminkan bagaimana premis tentang sifat manusia bersifat variabel dan tergantung pada pilihan individu.
  - Kierkegaard: Penekanannya pada "kebenaran subjektif" menunjukkan bagaimana verum dalam eksistensialisme terkait erat dengan pengalaman personal.
Pemahaman tentang verum dan variabel premis dalam eksistensialisme ini penting untuk menangkap esensi dari pemikiran eksistensialis yang menekankan individualitas, kebebasan, dan tanggung jawab personal dalam memaknai kehidupan dan realitas.
Indeks Filsafat Eksistensialis
A
- Absurditas
- Alienasi
- Angst (kecemasan eksistensial)
- Autentisitas
B
- Bad faith (keyakinan yang buruk)
- Being-in-itself (tre-en-soi)
- Being-for-itself (tre-pour-soi)
C
- Camus, Albert
D
- Dasein
- De Beauvoir, Simone
E
- Eksistensi mendahului esensi
- Eksistensialisme Kristen
F
- Faktisitas
- Freedom (kebebasan)
H
- Heidegger, Martin
I
- Individualisme
J
- Jaspers, Karl
K
- Kebebasan radikal
- Kierkegaard, Sren
M
- Marcel, Gabriel
- Merleau-Ponty, Maurice
N
- Nietzsche, Friedrich
- Nihilisme
P
- Pilihan
- Phenomenology (fenomenologi)
R
- Responsibility (tanggung jawab)
S
- Sartre, Jean-Paul
- Situasi batas
T
- Transendensi
V
- Verum (kebenaran dalam konteks eksistensialis)
W
- World (dunia dalam pemikiran Heidegger)
Y
-
Z
-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H