Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Stream Of Consciousness: Pendekatan Lirik Psikedelik - Surealisme atau: Abstrak?

9 Agustus 2024   18:00 Diperbarui: 9 Agustus 2024   18:08 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Stream of Consciousness: Pendekatan Lirik Psikedelik - Surrealisme atau Abstrak?

Dalam lanskap musik yang terus berevolusi, lirik psikedelik berdiri sebagai bentuk ekspresi yang unik dan mendalam, mencerminkan kompleksitas pikiran manusia dan realitas yang dipersepsikan. Pendekatan "stream of consciousness" dalam penulisan lirik psikedelik menjembatani jurang antara surrealisme dan abstraksi, menciptakan tapestri sonic yang kaya akan makna dan interpretasi.

Akar Historis dan Perkembangan.


Gerakan psikedelik, yang muncul pada pertengahan 1960-an, tidak hanya mempengaruhi musik tetapi juga seni visual, mode, dan filosofi. Di Indonesia, gelombang psikedelik ini tiba sedikit terlambat, menyebar pada akhir 1960-an dan awal 1970-an. Band-band pelopor seperti Rollies dan God Bless mulai mengintegrasikan elemen-elemen psikedelik ke dalam musik mereka, menciptakan soundscape yang belum pernah terdengar sebelumnya di panggung musik Indonesia.

Lirik psikedelik, dengan pendekatan stream of consciousness-nya, sering kali mencerminkan pengaruh sastrawan seperti James Joyce dan Virginia Woolf. Namun, di Indonesia, pendekatan ini diresapi dengan nuansa lokal, menciptakan sintesis unik antara tradisi sastra Barat dan kearifan Timur. Penulis lirik Indonesia sering menggabungkan teknik stream of consciousness dengan motif-motif dari cerita rakyat dan mitologi lokal, menciptakan narasi yang melayang antara dunia nyata dan alam mimpi.

Surrealisme vs Abstraksi dalam Lirik Psikedelik.


Pertanyaan apakah lirik psikedelik lebih condong ke surrealisme atau abstraksi adalah diskusi yang menarik. Surrealisme, dengan fokusnya pada penggambaran realitas yang diubah dan mimpi-mimpi yang tak terbatas, sering kali terlihat jelas dalam lirik psikedelik. Gambar-gambar yang tidak terkait dijejalkan bersama, menciptakan lanskap mental yang kaya dan sering kali membingungkan.

Di sisi lain, abstraksi dalam lirik psikedelik cenderung menjauh dari representasi konkret, menuju ekspresi emosi dan ide yang lebih murni. Ini bisa dilihat dalam penggunaan kata-kata yang dipilih lebih untuk kualitas soniknya daripada maknanya yang harfiah, menciptakan efek yang lebih mirip dengan musik abstrak daripada narasi tradisional.

Realitasnya, lirik psikedelik yang menggunakan pendekatan stream of consciousness sering berada di persimpangan surrealisme dan abstraksi. Mereka mengambil elemen-elemen dari keduanya, menciptakan bentuk ekspresi yang unik yang menantang kategorisasi sederhana.

Komponen Kunci Lirik Psikedelik.


1. Citra Non-Linier:
Lirik psikedelik sering melompat dari satu gambar ke gambar lainnya tanpa transisi logis, mencerminkan sifat acak dari aliran pikiran. 2. Sinestesia Verbal: Pencampuran indera dalam lirik, seperti "mendengar warna" atau "melihat suara", adalah ciri khas psikedelik. 3. Referensi Kosmik: Tema-tema tentang ruang, waktu, dan kesadaran universal sering muncul, mencerminkan ekspansi kesadaran yang dikaitkan dengan pengalaman psikedelik. 4. Permainan Kata: Penggunaan pun, homofon, dan permainan linguistik lainnya menambah lapisan kompleksitas dan sering humor ke dalam lirik. 5. Repetisi Hipnotis : Pengulangan frasa atau kata-kata tertentu menciptakan efek mantra, sering dikaitkan dengan keadaan trance psikedelik. 6. Simbolisme Dalam: Penggunaan simbol-simbol pribadi atau universal yang memiliki beberapa lapisan makna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun