Kesimpulan: Puisi sebagai Jembatan antara Subjektivitas dan Realitas.
Memahami puisi sebagai sinonim simbolis bagi realitas membuka peluang baru dalam cara kita menafsirkan dan berinteraksi dengan dunia. Puisi tidak hanya menjadi cermin yang memantulkan realitas, tetapi juga prisma yang memecah dan mengubah persepsi kita tentang apa yang nyata. Dalam lanskap linguistik dan kognitif yang kompleks ini, puisi berdiri sebagai jembatan unik antara pengalaman subjektif individu dan realitas objektif yang lebih luas. Dengan memahami dan menghargai peran puisi dalam menafsirkan realitas, kita tidak hanya memperkaya pengalaman sastra kita, tetapi juga memperluas kapasitas kita untuk memahami dan berinteraksi dengan dunia di sekitar kita. Puisi, dalam esensinya yang paling mendalam, mungkin memang merupakan "sinonim simbolis bagi realitas" - sebuah kunci untuk membuka pemahaman yang lebih dalam dan lebih kaya tentang eksistensi manusia.
Referensi
Dickinson, E. (1960). The Letters of Emily Dickinson. Harvard University Press.
Lakoff, G., & Johnson, M. (1980). Metaphors We Live By. University of Chicago Press.
Neruda, P. (1924). Twenty Love Poems and a Song of Despair. Lumen.
Ricoeur, P. (1978). The Rule of Metaphor: Multi-Disciplinary Studies of the Creation of Meaning in Language. University of Toronto Press.
Wittgenstein, L. (1922). Tractatus Logico-Philosophicus. Routledge & Kegan Paul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H