Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Puisi Sebagai Sinonim Simbolis Bagi Realitas: Menafsirkan Dunia Melalui Lensa Puitis

7 Agustus 2024   05:22 Diperbarui: 7 Agustus 2024   07:30 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kesimpulan: Puisi sebagai Jembatan antara Subjektivitas dan Realitas.


Memahami puisi sebagai sinonim simbolis bagi realitas membuka peluang baru dalam cara kita menafsirkan dan berinteraksi dengan dunia. Puisi tidak hanya menjadi cermin yang memantulkan realitas, tetapi juga prisma yang memecah dan mengubah persepsi kita tentang apa yang nyata. Dalam lanskap linguistik dan kognitif yang kompleks ini, puisi berdiri sebagai jembatan unik antara pengalaman subjektif individu dan realitas objektif yang lebih luas. Dengan memahami dan menghargai peran puisi dalam menafsirkan realitas, kita tidak hanya memperkaya pengalaman sastra kita, tetapi juga memperluas kapasitas kita untuk memahami dan berinteraksi dengan dunia di sekitar kita. Puisi, dalam esensinya yang paling mendalam, mungkin memang merupakan "sinonim simbolis bagi realitas" - sebuah kunci untuk membuka pemahaman yang lebih dalam dan lebih kaya tentang eksistensi manusia.

Referensi

Dickinson, E. (1960). The Letters of Emily Dickinson. Harvard University Press.

Lakoff, G., & Johnson, M. (1980). Metaphors We Live By. University of Chicago Press.

Neruda, P. (1924). Twenty Love Poems and a Song of Despair. Lumen.

Ricoeur, P. (1978). The Rule of Metaphor: Multi-Disciplinary Studies of the Creation of Meaning in Language. University of Toronto Press.

Wittgenstein, L. (1922). Tractatus Logico-Philosophicus. Routledge & Kegan Paul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun