"Ya, "Syariatal Jabal": Kisah Kewaspadaan dan Kebijaksanaan Umar bin Khattab.
Pada suatu Jum'at yang cerah di Madinah, Khalifah Umar bin Khattab RA berdiri di atas mimbar, menyampaikan khutbah kepada jamaah yang berkumpul. Suaranya yang lantang dan penuh wibawa mengisi ruangan masjid, sementara para sahabat dan kaum muslimin mendengarkan dengan seksama. Namun, di tengah khutbahnya yang penuh hikmah, terjadilah sebuah peristiwa luar biasa yang kemudian dikenal sebagai "Syariatal Jabal".
Tiba-tiba, di tengah-tengah khutbahnya, Umar bin Khattab berhenti berbicara. Wajahnya berubah serius, dan dengan suara lantang ia berseru, "Wahai Sariyah! Gunung!" Jamaah yang hadir terkejut dan kebingungan. Mereka saling pandang, bertanya-tanya apa yang terjadi pada khalifah mereka. Namun, Umar segera melanjutkan khutbahnya seolah tidak terjadi apa-apa.
Setelah shalat Jum'at usai, para sahabat mengerumuni Umar, meminta penjelasan atas kejadian aneh tersebut. Dengan tenang, Umar menjelaskan bahwa saat itu, Allah SWT telah memperlihatkan kepadanya keadaan pasukan muslim yang sedang berperang di wilayah Nahawand, Persia, di bawah pimpinan Sariyah bin Zunaim.
Umar menceritakan bahwa ia melihat pasukan muslim terdesak oleh musuh dan hampir terpojok. Namun, ia juga melihat bahwa di belakang pasukan muslim terdapat sebuah gunung yang bisa dijadikan benteng pertahanan. Karena itulah, ia spontan berseru kepada Sariyah untuk berlindung ke gunung.
Para sahabat masih terheran-heran. Bagaimana mungkin Sariyah bisa mendengar seruan Umar dari jarak yang begitu jauh? Namun, mereka memutuskan untuk menunggu kabar dari medan perang.
Beberapa waktu kemudian, utusan dari pasukan Sariyah tiba di Madinah. Ia membawa kabar gembira tentang kemenangan pasukan muslim. Yang lebih mengejutkan, ia juga menceritakan bahwa di tengah-tengah pertempuran, mereka mendengar suara yang mirip suara Umar bin Khattab, menyerukan agar mereka berlindung ke gunung. Sariyah dan pasukannya mengikuti seruan tersebut, dan strategi ini berhasil membalikkan keadaan, mengantarkan mereka pada kemenangan.
Kisah ini menyebar dengan cepat di kalangan kaum muslimin, menjadi bukti nyata karamah (kemuliaan) yang Allah berikan kepada Umar bin Khattab. Peristiwa ini juga menunjukkan betapa Allah SWT senantiasa melindungi dan memberi pertolongan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, bahkan dengan cara-cara yang di luar nalar manusia.
"Syariatal Jabal"Â
bukan hanya sebuah kisah tentang keajaiban, tetapi juga mengandung pelajaran berharga. Kisah ini mengingatkan kita akan pentingnya kewaspadaan dan kepekaan terhadap keadaan saudara-saudara muslim kita, meskipun mereka berada jauh dari kita. Ini juga mengajarkan kita tentang kebijaksanaan dalam mengambil keputusan di saat-saat genting, seperti yang ditunjukkan oleh Sariyah ketika ia mengikuti seruan misterius tersebut. Lebih dari itu, peristiwa ini menegaskan kedudukan istimewa para sahabat Rasulullah, khususnya Umar bin Khattab RA, yang dianugerahi kelebihan oleh Allah SWT. Hal ini seharusnya menginspirasi kita untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan berusaha meneladani akhlak mulia para sahabat dalam kehidupan sehari-hari. Demikianlah kisah "Syariatal Jabal", sebuah peristiwa luar biasa yang menjadi bukti nyata pertolongan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, serta kemuliaan yang Dia berikan kepada para kekasih-Nya.
-----------------------------------------------------------
Kisah tersebut saya pernah dapatkan kesempatan menyimak intisarinya, ketika mondok di Pondok Pesantren La-tansa, Mashiro, Cipanas, Lebak, Banten, yang masih mengingat kesannya, sebagai pembelajaran, sebagai suatu konteks koridor mengenai suatu pertimbanagan dalam suatu keputusan berlandaskan tradisi dan jejak (Atsaru-Sohabah) dari para sahabat Nabi, S.A.W. -
Dimana secara problematikanya adalah relevansi strategis suatu keputusan krusial atau kebijakan seorang pemimpin, dapat pula disandarkan kepada suatu hikmah pelajaran orang-orang terdahulu, terutama yang menyangkut keimanan beragama, oleh para sahabat nabi sebagai suatu keputusan "ijtihadi' dari mereka para sahabat Rasulullah S.A.W. tercinta. - kita perlu mengacu pada pengalaman yang pernah ada, sebagai pelajaran terbaik.
Hal, yang monumentum dalam sosial movement yang secara persis mengacu pada suatu ruang lingkup problemnya, pun saya rasa dalam konsep metodelogis atau kaidah yang sama sebagai landasan yang mengisyaratkan kepada bentuk dalil kecenderungan atas kondisi dan situasi yang meskipun berbeda, namun dalam kontekstual yang kurang lebih dapat dianalogikan sebagai struktur yang berkenaan secara gagasan di dalam rangka suatu hal yang hampir mirip, tentunya dapat juga diimplementasikan secara implementatif sebagai landasan teoritiknya. Â
maka, "Ya,"Syariatal Jabal!".
A.W. al-faiz
Bandar Lampung, 30/07/2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H