Â
Filosof dan Makna Semiotik :
-- Humor Dalam Ungkapan Takdir Dari Premis Realitas.
Â
Membayangkan, para pengikut Mandilog bangun pagi-pagi untuk memikirkan strategi perjuangan. Pengikut Mandimadu bangun siang karena semalam kebanyakan makan madu. Perbandingan, Mandilog mengajak kita menganalisis sejarah untuk memahami masa depan. Mandimadu menganggap sejarah seperti album foto lama: lebih baik disimpan di lemari daripada dibahas terus-menerus. Penganut Mandilog berdebat sengit tentang dialektika materialisme. Penganut Mandimadu lebih suka berdebat tentang resep kue madu terenak. Mandilog melihat perjuangan sebagai proses panjang manifestasi cita-cita bangsa. Mandimadu melihat perjuangan sebagai upaya mencari kedai madu terbaik di kota. Jika Mandilog adalah kopi pahit yang membangunkan kesadaran, maka Mandimadu adalah teh manis yang membuai dalam kenyamanan.
Â
Tentu kita dapat memahami, makna filosofis sebagai suatu tonggak dari ide dan suatu yang sangat serius, namun dalam bayang-bayang yang konstruktif, yang mengikuti seseorang sebagai bayang-bayang, jenjang-trauma yang menjadi jurang, dan stressing-tekanan, dari kelas sosio asumsional, dari kegagalan dalam konstruksi sosial kelas di dalam kehidupan.
Â
Sintesis Ironik & Kronik _ Vs Sintesis Yang Kritik.
Mungkin yang kita butuhkan adalah sintesis antara Mandilog dan Mandimadu. Sebuah filosofi yang mengajak kita untuk berpikir kritis dan berjuang, tapi juga tidak lupa menikmati manisnya hidup. Mari kita sebut saja... "Mandilogidu" - di mana kita bisa mengintegrasikan pemikiran logis sambil tetap mandi dengan air manis kehidupan.
Ingatlah bahwa, dalam perjuangan merebut takdir hidup yang bahagia, kadang kita perlu Mandilog untuk menghadapi tantangan, tapi jangan lupa sesekali Mandimadu untuk menjaga kewarasan! - dan emosi dalam paremeter suhu kebahagian.