Freud, Ekspresi Berlawanan Terhadap Laten Ketidaksadaran atas Ekspresi Kesadaran: Meninjau Pretensi Alamiah Akal Murni
Oleh : A.W. al-faiz
Pendahuluan
Pemikiran Sigmund Freud tentang ketidaksadaran (unconscious) telah memberikan dimensi baru dalam memahami pikiran manusia. Ketika kita menggabungkan perspektif Freudian ini dengan konsep akal murni (pure reason) yang diajukan oleh Immanuel Kant, muncul pertanyaan menarik tentang bagaimana ketidaksadaran mungkin mempengaruhi atau bahkan berlawanan dengan apa yang kita anggap sebagai produk dari pemikiran sadar dan rasional. Esai ini akan mengeksplorasi hubungan kompleks antara ketidaksadaran Freudian, ekspresi kesadaran, dan pretensi alamiah akal murni.
Freud dan Ketidaksadaran
Freud, dalam karyanya "The Interpretation of Dreams" (1900) dan "The Unconscious" (1915), memperkenalkan gagasan bahwa sebagian besar proses mental kita berlangsung di luar kesadaran. Ia membagi pikiran menjadi tiga level: sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Freud berpendapat bahwa dorongan, keinginan, dan konflik yang direpresi dalam ketidaksadaran dapat mempengaruhi perilaku dan pemikiran sadar kita (Freud, 1915/1957).
Ekspresi Berlawanan dan Laten Ketidaksadaran
Konsep "ekspresi berlawanan" dalam psikoanalisis Freudian merujuk pada fenomena di mana individu secara sadar mengekspresikan sikap atau perasaan yang berlawanan dengan apa yang sebenarnya mereka rasakan secara tidak sadar. Ini bisa dilihat sebagai mekanisme pertahanan ego, di mana pikiran atau perasaan yang tidak dapat diterima direpresi dan kemudian diekspresikan dalam bentuk yang berlawanan (Freud, 1915/1957).
Dalam konteks akal murni, ini menimbulkan pertanyaan: sejauh mana pemikiran "rasional" kita mungkin dipengaruhi atau bahkan didistorsi oleh proses ketidaksadaran ini?
Pretensi Alamiah Akal Murni dalam Perspektif Freudian
Kant, dalam "Critique of Pure Reason" (1781), berpendapat bahwa akal murni memiliki kemampuan untuk memahami realitas melalui kategori dan konsep a priori. Namun, jika kita melihat ini melalui lensa Freudian, muncul kemungkinan bahwa apa yang kita anggap sebagai produk akal murni mungkin sebenarnya dipengaruhi oleh dorongan dan konflik tidak sadar.