Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Problem Etik: Tinjauan atas Keutamaan, Konsistensi, & Konsekuensi

17 Juli 2024   03:32 Diperbarui: 17 Juli 2024   03:38 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Etika Konsekuensialis (Consequentialist Ethics)

Etika konsekuensialis, yang paling terkenal diwakili oleh utilitarianisme, menilai moralitas tindakan berdasarkan konsekuensi atau hasilnya. Pendekatan ini bertujuan untuk memaksimalkan kebaikan atau kesejahteraan bagi jumlah terbesar orang.

Keunggulan etika konsekuensialis meliputi:

  • Fokus pada hasil praktis dari keputusan etis.
  • Fleksibilitas dalam menanggapi situasi yang berubah.
  • Mendorong pertimbangan dampak jangka panjang dari tindakan.

Kritik terhadap pendekatan ini mencakup:

  • Kesulitan dalam memprediksi dan mengukur konsekuensi secara akurat.
  • Potensi untuk mengabaikan hak-hak individu demi kebaikan yang lebih besar.
  • Risiko pembenaran tindakan tidak etis jika hasilnya dianggap positif.

Kesimpulan

Setiap pendekatan etika---keutamaan, konsistensi, dan konsekuensi---menawarkan perspektif yang berharga dalam menghadapi problema etik. Keutamaan menekankan pengembangan karakter, konsistensi menjaga prinsip-prinsip universal, dan konsekuensi mempertimbangkan hasil akhir tindakan. Dalam praktiknya, pendekatan yang seimbang yang mempertimbangkan ketiga aspek ini mungkin paling efektif dalam mengatasi kompleksitas masalah etika di dunia nyata.

Tantangan bagi para etikawan, pembuat kebijakan, dan individu adalah mengintegrasikan wawasan dari ketiga pendekatan ini untuk mengembangkan kerangka kerja etis yang komprehensif. Dengan memahami kekuatan dan keterbatasan masing-masing perspektif, kita dapat lebih baik dalam mengatasi dilema moral yang kompleks dan membuat keputusan etis yang lebih inform.

Referensi

Alexander, L., & Moore, M. (2021). Deontological Ethics. In E. N. Zalta (Ed.), The Stanford Encyclopedia of Philosophy (Winter 2021 ed.). Stanford University.

Annas, J. (2006). Virtue Ethics. In D. Copp (Ed.), The Oxford Handbook of Ethical Theory (pp. 515-536). Oxford University Press.

Crisp, R. (2015). A Third Method of Ethics? Philosophy and Phenomenological Research, 90(2), 257-273.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun