Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta yang Tertunda

16 Juli 2024   20:01 Diperbarui: 16 Juli 2024   20:11 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta yang Tertunda

Langit menggelap, awan-awan bergulung menggantung berat di cakrawala. Angin berbisik lembut, membawa aroma basah yang khas. Setiap indera berteriak, "Hujan akan segera turun!" Namun, meski segala tanda telah hadir, tak setetes air pun jatuh membasahi bumi yang haus.

Begitu pula hatiku, penuh dengan tanda-tanda cinta yang tak terbantahkan. Debaran yang menggila setiap kali namamu disebut, senyum yang tak bisa kutahan ketika bayangmu melintas, dan kehangatan yang menjalar ke seluruh tubuh saat suaramu menyapa gendang telingaku. Semua tanda itu ada, nyata dan tak terbantahkan.

Tapi seperti hujan yang tertunda, cintaku pun tertahan di ambang kenyataan. Meski segala bukti telah terhampar, realitas belum mengizinkan perasaan ini untuk sepenuhnya ada. Layaknya ilmuwan yang menunggu dengan sabar, mengamati dan mencatat setiap detail fenomena sebelum menarik kesimpulan, aku pun menanti.

Aku berdiri di tepi jurang ketidakpastian, memandang ke kejauhan di mana kenyataan dan harapan bertemu. Di sana, di titik pertemuan itu, cintaku menunggu untuk dibuktikan. Seperti teori yang belum teruji, perasaanku menggantung di antara kemungkinan dan kepastian.

Mungkinkah ini hanya fatamorgana? Sebuah ilusi yang diciptakan oleh dahaga hatiku yang kesepian? Atau mungkin ini adalah fase awal dari sebuah penemuan besar, sebuah revolusi dalam sejarah hatiku?

Setiap hari kulangkahkan kaki di atas tali ketidakpastian ini. Setiap langkah adalah sebuah hipotesis, setiap detak jantung adalah variabel yang harus diperhitungkan. Aku mengumpulkan data, menganalisis setiap interaksi, setiap tatapan mata, setiap sentuhan tangan yang tak sengaja.

Namun, seperti ilmuwan sejati, aku tahu bahwa kesimpulan terlalu dini bisa menjadi bumerang. Maka aku menahan diri, membiarkan waktu menjadi alat ukur yang paling akurat. Aku menunggu, dengan sabar dan tekun, hingga realitas menggenapi apa yang kini masih berupa potensi.

Suatu hari nanti, ketika semua variabel telah diperhitungkan, ketika semua data telah terkumpul dan dianalisis, mungkin aku akan berani menarik kesimpulan. Mungkin pada saat itu, cinta yang kini tertunda akan menemukan jalannya menuju kenyataan.

Hingga saat itu tiba, aku akan terus menunggu, mengamati, dan berharap. Seperti bumi yang menanti hujan dari langit yang mendung, aku pun menanti cinta untuk membuktikan keberadaannya. Dan meski kini masih tertunda, aku percaya bahwa suatu hari nanti, cinta ini akan menemukan jalannya untuk menjadi nyata.

16/07/2024

A.W. al-faiz

Bandar Lampung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun