Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Seinsvergessenheit dan Terhentinya Dialektika, Kelupaan Terhadap Ada

15 Juli 2024   17:40 Diperbarui: 15 Juli 2024   19:16 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Seinsvergessenheit & Terhentinya Dialektika: Kritik Heidegger Terhadap Metafisika Barat".


Pendahuluan 

          Martin Heidegger, salah satu filsuf paling berpengaruh abad ke-20, memperkenalkan konsep "Seinsvergessenheit" atau "kelupaan terhadap Ada" sebagai kritik fundamental terhadap tradisi metafisika Barat. Esai ini akan mengeksplorasi bagaimana konsep ini berhubungan dengan terhentinya proses dialektika dalam filsafat, serta implikasinya terhadap pemikiran kontemporer. Bentuk Konsep Seinsvergessenheit. Heidegger menggunakan istilah "Seinsvergessenheit" untuk menggambarkan kecenderungan filsafat Barat yang telah "melupakan" pertanyaan fundamental tentang makna Ada (Being). Dalam karyanya "Being and Time" (1927), Heidegger berpendapat bahwa sejak Plato, filsafat Barat telah terfokus pada entitas-entitas partikuler (das Seiende) dan mengabaikan konteks eksistensial yang lebih luas, yaitu Ada itu sendiri (das Sein). Bentuk Kritik Terhadap Metafisika Tradisional. Bentuk Heidegger mengkritik metafisika tradisional karena: a) Objektivikasi: Kecenderungan untuk memperlakukan segala sesuatu, termasuk manusia, sebagai objek yang dapat dianalisis secara terpisah dari konteks eksistensialnya. b) Presentisme: Fokus berlebihan pada "kehadiran" (presence) dan mengabaikan dimensi temporal eksistensi. c) Logosentrisme: Penekanan berlebihan pada logika dan rasionalitas, mengabaikan aspek-aspek non-rasional dari pengalaman manusia. Bentuk Dialektika yang Terhenti Konsep Seinsvergessenheit Heidegger dapat dipahami sebagai kritik terhadap terhentinya proses dialektika dalam filsafat. Dialektika, dalam tradisi Hegelian, dipahami sebagai proses perkembangan pemikiran melalui tesis, antitesis, dan sintesis. Namun, menurut Heidegger, metafisika Barat telah terjebak dalam pola pemikiran yang statis dan tidak mampu menangkap dinamika eksistensi manusia. Implikasi Seinsvergessenheit pada Pemikiran Filosofis a) Reduksionisme Ontologis: Realitas direduksi menjadi kategori-kategori yang dapat dianalisis secara logis, mengabaikan kompleksitas eksistensi. b) Alienasi dari Pengalaman: Teori filosofis menjadi terpisah dari pengalaman hidup sehari-hari, menciptakan jurang antara pemikiran abstrak dan realitas konkret. c) Kehilangan Dimensi Historis: Pemahaman tentang temporalitas dan historisitas eksistensi manusia terabaikan. Upaya Pemulihan Dialektika Heidegger menawarkan beberapa pendekatan untuk mengatasi Seinsvergessenheit dan memulihkan dialektika filosofis: a) Fenomenologi Hermeneutis: Pendekatan yang menekankan pada pemahaman Ada melalui interpretasi pengalaman hidup. b) Destruksi (Destruktion): Proses membongkar asumsi-asumsi tersembunyi dalam tradisi filosofis untuk membuka kemungkinan pemahaman baru tentang Ada. c) Pemikiran Meditatif (besinnliches Denken): Bentuk pemikiran yang lebih kontemplatif dan terbuka terhadap misteri eksistensi, sebagai alternatif terhadap pemikiran kalkulatif (rechnendes Denken) yang dominan dalam sains dan teknologi modern. Bentuk Pengaruh dan Kritik Pemikiran Heidegger telah memiliki pengaruh luas pada filsafat kontemporer, terutama pada eksistensialisme, hermeneutika, dan postmodernisme. Namun, kritik terhadap pemikirannya juga muncul: a) Theodor Adorno mengkritik Heidegger karena dianggap terlalu mistis dan irasional dalam pendekatannya. b) Jacques Derrida, meskipun terinspirasi oleh Heidegger, mengkritik kecenderungannya untuk masih terjebak dalam metafisika kehadiran. Bentuk Kesimpulan Konsep Seinsvergessenheit Heidegger dan kritiknya terhadap terhentinya dialektika dalam metafisika Barat merupakan tantangan signifikan bagi pemikiran filosofis kontemporer. Ini menuntut kita untuk kembali pada pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang eksistensi dan makna, sambil tetap waspada terhadap kecenderungan untuk terjebak dalam dogmatisme atau reduksionisme. Pemulihan dialektika filosofis mungkin melibatkan integrasi pemikiran spekulatif dengan pengalaman hidup konkret, pengakuan akan keterbatasan pengetahuan manusia, dan keterbukaan terhadap misteri dan ambiguitas eksistensi. Dengan demikian, warisan pemikiran Heidegger terus menantang kita untuk memikirkan kembali hubungan antara filsafat, eksistensi, dan realitas dalam cara yang lebih dinamis dan autentik. 


Referensi:

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun