Manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki beberapa peran dan tugas yang penting. Berikut adalah beberapa aspek yang terkait dengan tindakan dan tafsir terhadap Tuhan:
1. Kewajiban dan Tanggung Jawab : Manusia memiliki kewajiban untuk menjalankan perintah Tuhan dan mempertahankan kepercayaan Tuhan. Namun, kelemahan dan kesalahan manusia sering mengakibatkan kegagalan dalam menjalankan kewajiban dan tanggung jawab tersebut[1].
2. Khalifah Allah : Manusia ditunjuk sebagai khalifah Allah di muka bumi, dengan tugas untuk menjalankan amanah dan tanggung jawab yang berat. Meskipun manusia memiliki potensi untuk melakukan kebaikan dan keburukan, ia harus mempertahankan keseimbangan moral dan menjaga kepercayaan Tuhan[1][2][3].
3. Pilihan dan Keputusan : Manusia memiliki kebebasan untuk memilih dan membuat keputusan, yang dapat mengarahkan dirinya ke jalan ketaqwaan atau kefasikan. Allah mengingatkan manusia melalui para Nabi dan Rasul untuk senantiasa tetap berada pada naturnya sendiri, yaitu taat, patuh, dan tunduk kepada Allah SWT[2].
4. Tafsir Terhadap Tuhan: Manusia harus memahami dan menjalankan perintah Tuhan dengan sebaik-baiknya. Tafsir terhadap Tuhan melalui berbagai ayat Al-Qur'an dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. membantu manusia memahami tugas dan kewajiban yang harus dijalankan[1][2].
Dalam sintesis, manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki peran sebagai khalifah Allah, dengan tugas menjalankan amanah dan tanggung jawab yang berat. Manusia harus mempertahankan keseimbangan moral, menjaga kepercayaan Tuhan, dan memahami perintah Tuhan dengan sebaik-baiknya.
d. Manusia Vs Kenabian : Sebagai Transendensi Yang Maha Suci.
Manusia dan kenabian memiliki perbedaan dalam konsep transendensi. Manusia sebagai makhluk yang memiliki kesadaran yang berbeda-beda, mulai dari kesadaran magis hingga kesadaran kritis, memiliki kemampuan untuk memahami dan mengubah kenyataan. Dalam pandangan Paulo Freire, manusia memiliki kesadaran yang berbeda-beda, mulai dari kesadaran magis hingga kesadaran kritis[1][2][3].
Sementara kenabian, dalam pandangan Islam, Allah adalah makhluk yang transenden dan imanen. Allah berada di luar persepsi manusia, independen dan sama sekali berbeda dibandingkan dengan ciptaan-Nya. Allah berdaulat pada diri-Nya sendiri dan tidak bergantung pada apapun atau siapapun. Allah juga hadir dalam ruang dan waktu, berada di antara ciptaan-Nya, dan dekat dengan manusia[1].
Dalam pandangan Islam, Allah memiliki sifat-sifat seperti keagungan, kebesaran, dan keadilan. Allah juga memiliki hubungan dengan manusia, seperti dalam janji-Nya untuk menyertai manusia dan mengasihi keadilan. Dalam pandangan Islam, Allah bukan hanya transenden tetapi juga imanen, berada di antara ciptaan-Nya dan dekat dengan manusia[1].
Dalam sintesis, manusia memiliki kesadaran yang berbeda-beda dan memiliki kemampuan untuk memahami dan mengubah kenyataan. Sementara kenabian, Allah adalah makhluk yang transenden dan imanen, memiliki sifat-sifat seperti keagungan, kebesaran, dan keadilan, dan memiliki hubungan dengan manusia.