Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Epigram: Sebuah Gagasan Simbolisme Puitik, Sajak-Sajak, W.S. Rendra

3 Juni 2024   21:41 Diperbarui: 3 Juni 2024   21:56 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Epigram: Sebuah Gagasan Simbolisme Puitik, Sajak-Sajak, W.S. Rendra.

Oleh: Ahmad Wansa Al-faiz 

Topik perbincangan puisi, adalah judul yang menarik, epigram, dan simbolisme, menggabungkan konsep sastra klasik dengan karya salah satu penyair terkemuka Indonesia. Mari kita telusuri setiap elemen:


1. Epigram:
   - Bentuk puisi singkat dan padat dari Yunani kuno.
   - Awalnya, diukir pada batu nisan atau monumen.
   - Berkembang menjadi bentuk sastra dengan ciri khas:
     - Singkat, biasanya 2-4 baris
     - Berisi pesan moral atau sindiran tajam
     - Sering menggunakan paradoks atau ironi
   - Contoh klasik: karya Martial dalam bahasa Latin.
   - Dalam sastra modern, tetap populer untuk kritik sosial.

2. Gagasan Simbolisme Puitik:
   - Simbolisme: gerakan sastra akhir abad ke-19.
   - Menekankan penggunaan simbol untuk mewakili ide abstrak.
   - Karakteristik:
     - Menghindari deskripsi langsung
     - Menggunakan metafora dan analogi
     - Menciptakan suasana dan kesan
   - Dalam puisi, simbol membuka interpretasi ganda.
   - Tokoh seperti Baudelaire dan Mallarm di Prancis.

3. Sajak-sajak:
   - Istilah Indonesia untuk puisi atau syair.
   - Menunjukkan kumpulan karya, bukan satu puisi.
   - Dalam konteks modern, "sajak" sering merujuk pada:
     - Puisi bebas (tidak terikat rima/metrum)
     - Karya yang memiliki pesan sosial atau politik
   - Era 1960-1970-an: sajak sebagai alat kritik.

4. W.S. Rendra (1935-2009):
   - Nama lengkap: Willibrordus Surendra Broto Rendra.
   - Julukan: "Si Burung Merak" dan "Nabi dari Jalan Keadilan".
   - Tokoh besar sastra dan teater Indonesia.
   - Karya puisi terkenal:
     - "Sajak Sebatang Lisong" (1960)
     - "Blues untuk Bonnie" (1971)
     - "Potret Pembangunan dalam Puisi" (1980)
   - Karakteristik puisi Rendra:
     - Kritis terhadap kondisi sosial-politik
     - Bahasa yang kuat dan langsung
     - Sering menggunakan simbolisme
     - Membela kaum tertindas
   - Juga dikenal sebagai dramawan dan aktor.
   - Mendirikan Bengkel Teater Rendra (1967).

Menggabungkan konsep-konsep ini:
1. Epigram dalam Karya Rendra:
   - Meskipun dikenal dengan sajak panjang, Rendra juga menulis puisi pendek.
   - Beberapa karyanya memiliki kepadatan dan ketajaman epigram.
   - Contoh: "Sajak Orang Kepanasan" - kritik singkat namun menusuk.

2. Simbolisme Puitik Rendra:
   - Sering menggunakan alam sebagai simbol (mis., burung merak).
   - "Sajak Sebatang Lisong" - rokok sebagai simbol kebebasan.
   - "Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta" - pelacur mewakili kaum tertindas.

3. Epigram dan Simbolisme:
   - Keduanya mengandalkan ketidaklangsungan.
   - Epigram menggunakan ironi, simbolisme menggunakan metafora.
   - Tujuan: menyampaikan pesan mendalam dalam bentuk ringkas.

4. Rendra dan Kritik Sosial:
   - Epigram klasik sering digunakan untuk sindiran.
   - Rendra menggunakan simbolisme untuk kritik halus.
   - Namun, ia juga terkenal dengan kritik langsung yang "epigramatik".

"Epigram: Sebuah Gagasan Simbolisme Puitik, Sajak-sajak, W.S. Rendra" menggambarkan bagaimana seorang penyair modern Indonesia mengadopsi dan mengadaptasi teknik klasik. Rendra, dengan kepiawaiannya, memanfaatkan kepadatan epigram dan kedalaman simbolisme untuk menciptakan puisi yang kuat. Karyanya tidak hanya indah secara estetika tetapi juga kaya makna, sering menyuarakan isu-isu sosial dan politik yang mendesak. Melalui kombinasi unik ini, Rendra menegaskan posisinya sebagai salah satu penyair paling berpengaruh dalam kanon sastra Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun