Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Burung dan Takhayul

13 Maret 2024   13:40 Diperbarui: 13 Maret 2024   13:43 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

BURUNG & TAKHAYUL.

1/
Burung-burung yang eksodus ke kota
Migrasi adalah kedangkalan ekologis yang bergeser
Merambah akibat habitat telah di serang agresi
Sekawanan binatang berbaju rapih
Berjas meski tanpa dasi

Takhayul tetang pembangunan yang tidak memahami
Habitat ekologis lingkungan menggeser purna rupa wajah dari alam - tanpa tahu esok kan kehilangan harga nyawa
Sebab, burung-burung itu, hantu ruh yang tak kenal kasihan

Banyak nian orang berpakaian rapih
Yang doyang dan senang dengan takhayul :

Isi perut dengan hamparan daging tanah tembikar

2/
Sudah sejak dahulu juga rupanya -
Yang diam terkadang hilang punya rencana menyingkirkan
Kehidupan - saling berjajnji dengan tawar-menawar
Lusinan angan-angan membayar hutang :

Seorang telah susupi sebagai alibi

Sayang dia tak pandai durhaka kepada iblis dan dosa

3/
Burung terbang dan takhayul uang
Dan pembanguan - menukar harga dirinya :
Dengan, kesalahan orang lain dan masa lalu
Hutang dosa - demi mimpi.

Yang tak kunjung usai untuk di tukar
Nyawa sendiri pertaruhan yang sejak dahulu

Telah di panjatkan di dalam do'a :

Tuhan, katanya, "aku ingin masuk neraka".

Kun kata "Tuhan"

Maka, "yakunu."

Ambil air dari bawah dasar diriku;
Biar tak sadar ; menyimpan air di lumbung diri sendiri
Di dalam batu. - hanya hiasan sampah-sampah plastik
Yang tak akan pernah terurai dari waktu-ke waktu.
Dari zaman-ke zaman oleh keserakahan.

13/03/2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun