Siapakah Aku, Hanya Derita Yang Yatim -
Ternikamati Dalam Hayat.
Dalam gelap aku mengukur langkah
Di dalam mihrab hati nurani mengucap do'a;
Mengucap ingat padamu;
bersujud sebagai taqwa
Berdebar oleh cinta-Mu
Di bumi yang maha luas ini,
Aku hanya suara batin dari mihrab
Yang kecil - dalam qodar-Mu.
Kesabaran adalah takdri diri.
Detak suara bisik hatiku
irama dalam debar dan deburan ombak
Di badai angin yang berbisik mengusap telinga
Di dalam ingin dan hasrat; tafakur;
Mencari tuhan dan iman
Dalam simbolisasi kehidupan
Yang ringkih :
Aku berpikir ciptaan-Mu
Dalam,
Kuraba detak jantungku -
apakah iman di sana?
Tidak, di sana hanya ada detak
Kudekap qolbuku - apakah iman di sana?
Tidak hatiku tak bicara - dia hanya menyaring
Kebencian-kebencian yang tampak dalam rasa
Tuhan engkau dimana?
Di dalam pikiran hanya akal dia tak bicara rasa
Dia memberi tahu sekedarnya cara menuju -Nya
Epidermi kulitku mati rasa pada lintasan usia
Waktu terus menjabat-jabat tanyaku -
Apakah fisiologi iman dan tuhan dalam
Tubuhku. - tubuh yang merenta dan naluri yang kerap lupa
Apakah keimanan adalah fungsi
Yang organik seorang hamba?
Apakah engkau?
Sebuah sistem arus dan jaringan syaraf otak?
Senyawa kimia yang membuatmu khusuk tafakur?
Sel-sel darahkah, yang berganti siang dan malam?
Tuhan di sini tak kutemu mihrab
Kecuali sujud hamba hanya sebentuk pengabdian bagi kehidupan yang engkau ciptakan bagi bumi diri ini
Sebuah landasan fondatif secara alami
Dari alam-Mu.
Kucari engkau dimana pun
Engkau selalu ada. -
Meski jelas dapat aku lihat wujud-Mu
Dalam eksistensi ayat-ayat-Mu
Tapi, engkau tak suatu yang misal pun
Dalam zahir wujud pada mata tubuhku
Sedang mata batinku - hanyalah rasa
Dan pandangan yang buta yang meraba.
Dalam gelap aku mengukur langkah
Dalam waktu usia terkubur dalam penuan.
Bertongkat bak nabi Musa;
Hanya sebilah pena.
B. Lampung, 21 Febuari 2024.
Ahmad W. Al-faiz.