Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Qualia: Subjektivitas dan Kecondongan yang Ruh-ani

21 Februari 2024   06:52 Diperbarui: 21 Februari 2024   08:48 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah Catatan Perkuliahan Filsafat, Prof. Bambang I. Sugiharto. 

[Mata Kuliah, Cognitive Science). Link adress : https://youtu.be/7GnIqT-dOSw?si=bT--0iSUx8TwoIjp

Onde-onde Dengan Manis Yang pekat : Sebuah Karakter Consisness & Erotisme Sexual. 

Di dalam tulisan ini tentu saja, saya tidak akan menulis  tentang resep onde-onde, kecuali suatu asumsi yang selqma ini saya pikirkan sebagai suatu motif interestik, yang intrisik di dalam diri seseorang seperti halnya saya. Sebagaimana, jika kita sederhanakan menjadi suatu pernyataan, yang akan melahirkan kausa bagi klausa psikotif, dalam pengertian shape dsb. Seperti, pertanyaan yang subtantif sebagai esensi dari suatu pertanyaan analisa kepribadian, "Kenapa seseorang lebih cenderung menyukai onde-onde, dibandingkan dengan kue kering yang asin?" Atau juga warna dapam kapasitas tingkat corak kecerahan dan kedalaman warna intens di dalamnya, di luar warna yang pokok, dan tentu, disini adalah alibi sebagai suatu motif dan polarisasi dalam relasi atensional bagi suatu nalar tertentu, bukan? Selain dalam kapasitas kimiawi, ( baca, enzim, atau nutrisi dan gizi, katakan saja demikian) seseorang yang mungkin saja, dalam kebutuhan zat tertentu, belum memadai sebagai penunjang dirinya dalam bentuk yang stabil, menjadi seimbang sebagai suatu pokok sumberdaya qualia subjektifitas dirinya di tengah kehidupan yang, lain. Dan atau, sebagai pokok situasi yang juga turut serta di dalam membangun pengaruh bagi keecenderungan tersebut. Tentu, saja fase-fase tersebut, bukanlah suatu kekurangan, akan tetapi, setiap orang memiliki kapasitas kecenderungan dalam suatu karakteristik fungsional dan dalam peranan intuitifnya di setiap lapisan masyarakat. Yakni, suatu hambatan yang generatif muncul sebagai kontradiksi bagi suatu pokok nalar yabg naluriah, dalam kecenderungan tertentu. Hal, awal adalah saya ingin masuk ke dalam bagian dari qulia sebagai suatu akses memori sebagai suatu kesan yang tertanam sebagai ingatan yang khas, dan seakan-akan, memiliki sumberdaya makna batin tertentu, tentu saja, dalam indikasi yang dapat digali sebagai sumber interlasi, dan juga interprestasi dalam kepribadian dan dalam sosok dengan kapasitas tertentu. Saat ingatan yang pertama sebagai momentum masa kecil, yakni sebuah paku payung yang menusuk ban sepeda roda tiga saya yang kesemuanya adalah karet yabg padat, dan momoentum kedua adalah sebuah tupung pengantin dengan sebuah benjolan kecil di atasnya, atau saat seseorang anak yang lain mengajak bersembunyi di bawah pagar hidup dan mencabut bengkuang di bawahnya. Hal yang saya ingin utarakan di atas adalah, bukan spesifik bagi narasi kisah tersebut. Melainkan, suatu pokok di dalamnya yang menyoal suatu kecnderungan cosisneess atau kecindingan kesadaran tertentu diantara banyak objek sebagai suatu yang umum adanya, atau spesifik menjadi mendasari sebagai ranah - ego - yang subjektifitas dan memiliki tingkat konsekuenai yang konsisten, dalam atensi atau daya tarik yang kemudian suatu fase yang menjadi intens sebagai qualia atau subjektifitas kesadaran karakteristik dari seseorang. 

Pada dasarnya, hal ini bahkan terjadi, sejak kesadaran ingatan itu, sendiri belum lagi terbangun sebagai memori yang di sadari sebagai alam sadar, atau bahkan masih menjadi alam bawah sadar seseorang. Suatu pilihan rasa yang sangat telak dan pekat, sebagaimana manis yang pekat. Juga adalah suatu ekspresi dari karakter yang subjektifitasnya demikian mirip dengan suatu pilihan tertentu. Tak terkecuali dalam sistem dan mekanisme dimana hal itu terjadi pada suatu bagan yang berbeda presfektifnya, seperti halnya dalam insting naluriah yang eksotik, bagi kesadaran naluri sexsual, juga terhadap kepercayaan diri untuk mencapai sutu fase yang secara konsiaten dalam intensi, yang kemudian mengikat sebagai identitas yang dikenali, secara subjektifitas, merupakan sang - AKU. 

Di dalam hal ini, yang tentu saja peran interaktif kesadaran tersebut sebagai kesadaran alam bawah sadar yang tidak dipahami oleh di luaran dirinya yang berbeda dalam pelbagai ciri khas dan juga karakteristik subjektifnya, dalam mencari dirinya dalam identitas lingkungan sangatlah berperan penting sebagai stimulus. Sehingga, ketika hal itu masih dalam consisness di dalam alam bawah sadar, yakni ketika seseorang belum lagi mengenal dirinya sebagai suatu potensi yang berkembang, dalam symbolisasi objek diluaran dirinya, sebagai pernyataan yang integral dalam integritas simbiolis yang terintegrasi ke dalam suatu habitat, dan cara serta gaya hidup tertentu. Tentu terutama, bagi qualia subjektifitas kesadaran akan suatu perihal pokok terhadap kecenderungan sifat dan ciri khas karakteristik seseorang, dan karekteristik yang khas dari seseeorang akan terus merasakan, terisolasi oleh cara berpikir dari lingkungan di sekitarnya dalam meperlakukan dirinya. Yang pada paragrafh ini, adalah dimana, spiritualitas adalah suatu bagian dari kecenderungan atau kecondongan yang awalannya adalah suatu kesadaran, atau consisnees dari alam bawah sadar sebelum, kesadaran di tingkatan objektif dalam realitas sang - Aku - sebagai ego, atau suatu mekanisme Sigmuend Freud yang mengatakan suatu rating kecerdasan penyelesaian masalah atau problem selfs dalam bahasa, yang analis, supra-ego. 

Dalam komponen situasi yang menurut dirinya pada banyak bentuk, seperti halnya keyakinan agama, dsb. Yang, menjadi kendali atau kuasa yang mengarahkan dirinya kepada suatu pilihan yang, erotik?!, Atau gambaran ideal, seperti manis?!, suatu kepekatan dalam statististika, intresi kepada kesukaan bagi minat, atau estetika, dan erotisme seksual, dalam suatu imajinasi dan ilustrasi gambaran tertentu. Saya rasa anda semua, termasuk saya, bisa mengenali dan membayangkan apa yang tengah terjadi pada diri anda saat ini sebagai suatu sosok, simbolisasi, dalam fase kognitifitas tertentu dalam qulia tertentu. 

Salam! 

B. Lampung, 21 Febuari 2024.

Ahmad W. Al-faiz.

resource note : Link adress : https://youtu.be/7GnIqT-dOSw?si=bT--0iSUx8TwoIjp

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun